ISMIYATI

modul 2.13

MODUL 2.13
Standar Kompetensi : Berkomunikasi dngan bahasa Indonesia setara tingkat madia
Kompetensi Dasar : Meringkas dan menyimpulkan teks tertulis dalam konteks bekerja
Sumber : BSE
Waktu : Jam
Indikator
- Mencatat butir-butir informasi yang akan diringkas dalam bentuk skema atau bagan
dalam bahasa yang lugas dan jelas
- Menghitung jumlah kalimat yang menjadi isi ringkasan sesuai dengan rumus meringkas
yang baku
- Menyusun ringkasan teks secara jelas dalam bahasa yang baik dan benar
- Menyimpulkan suatu teks dengan menggunakan kalimat yang tidak
ambigu,jelas,lugas,dan bernalar.

Bab ini membahas materi tentang cara membuat ringkasan dari teks tertulis dalam bentuk uraian dalam bahasa yang baik dan benar serta ringkasan berbentuk skema atau bagan dengan bahasa yang lugas. Pada bab ini pun, kita belajar membuat simpulan. Setelah pembelajaran ini, kita diharapkan mampu menyusun ringkasan dengan bahasa yang baik dan benar serta dapat menyimpulkan teks dengan jelas dan benar

A. Pengertian Ringkasan
Ringkasan (precis) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan karangan yang panjang dalam sajian yang singkat. ”Precis” berarti ”memotong” atau ”memangkas”. Sebuah ringkasan bermula dari karangan sumber yang panjang, yang kemudian dipangkas dengan mengambil hal hal atau bagian yang pokok dengan membuang perincian serta ilustrasi.
Meskipun begitu, sebuah ringkasan tetap mempertahankan pikiran pengarang serta pendekatannya yang asli. Jadi, ringkasan merupakan keterampilan mereproduksi hasil karya yang sudah ada dalam bentuk yang singkat.
Ringkasan berbeda dengan ikhtisar. Walaupun kedua istilah itu sering disamakan, tapi sesungguhnya keduanya berbeda. Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli namun tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang asli. Ikhtisar sebaliknya, tidak perlu mempertahankan sistematika penulisan sesuai dengan aslinya dan tidak perlu menyajikan isi dari seluruh karangan itu secara proporsional. Dalam ikhtisar, penulis dapat langsung mengemukakan pokok uraian, sementara bagian yang dianggap kurang penting dapat dibuang

B. Cara Membuat Ringkasan
Ada beberapa cara yang dapat dijadikan pegangan dalam membuat ringkasan yang baik dan teratur, yaitu sebagai beriku.
1. Membaca Naskah Asli
Penulis ringkasan harus membaca naskah asli secara keseluruhan beberapa kali untuk mengetahui kesan umum, maksud pengarang, serta sudut pandangnya.
2. Mencatat Gagasan Utama
Semua hal yang menjadi gagasan utama atau gagasan penting digarisbawahi atau dicatat.
3. Membuat Reproduksi
Menyusun kembali suatu karangan singkat berdasarkan gagasangagasan penting yang dicatat tadi.
4. Ketentuan Tambahan
Ada ketentuan tambahan selain ketiga cara di atas, yaitu sebagai
berikut.
a. Lebih baik menggunakan kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
b. Ringkaslah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata, gagasan panjang menjadi gagasan
sentral saja. Bahkan, jika tidak diperlukan sebuah paragraph dapat dipangkas atau dibuang.
c. Semua paragraf ilustrasi yang dianggap penting harus dipersingkat atau digeneralisasi.
d. Bila mungkin, semua keterangan atau kata sifat dibuang.
e. Dalam ringkasan, tidak ada pemikiran atau interpretasi baru dari penulis ringkasan.
f. Ringkasan dari sumber asli yang berupa naskah pidato atau pidato langsung, penggunaan kata
ganti orang pertama tunggal atau jamak harus ditulis dengan sudut pandang orang ketiga.
g. Sebuah ringkasan umumnya ditentukan dari panjang ringkasan finalnya, misalnya 150 atau
200 kata bergantung pada permintaanya.
C. Beberapa Contoh Bentuk Ringkasan
Ringkasan dapat disusun dalam dua bentuk, yaitu bentuk verbal uraian (paragraf) dan bentuk nonverbal berupa bagan atau skema. Meskipun ringkasan berbentuk bagan atau skema, tetapi harus mencerminkan gagasan atau seperti yang diungkapkan oleh teks sumbernya. Sebelum membuat bagan atau skema, harus dicatat terlebih dulu butir-butir informasi yang akan dijadikan unsur-unsur bagan atau skema.
Perhatikan beberapa contoh teks dan ringkasannya di bawah ini!
Jumlah pemudik lebaran diperkirakan sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian, lonjakan arus penumpang lebaran diantisipasi naik 10-15% agar jangan sampai kekurangan sarana angkutan. Untuk itu, diharapkan arus pulang mudik lebaran sudah mulai berlangsung jauh sebelum puncak lebaran. Kalau semua ramai-ramai pulang menjelang
lebaran, bisa-bisa pemudik akan menumpuk di terminal. Meskipun akhirnya terangkat juga, hal itu memberi kesan seolah-olah kekurangan sarana. Padahal, sebetulnya cukup memadai.
Sarana angkutan dari jauh-jauh hari sudah dipersiapkan. Angkutan bus betul-betul menjadi tulang punggung di saat-saat seperti ini karena lebih dari separuh calon pemudik diperkirakan akan terangkut oleh bus. Sementara hanya 1/3 dari seluruh pemudik dari Jakarta dan sekitarnya diperkirakan menggunakan jasa KA
Angkutan bus jarak jauh tidak ada masalah. Perusahan angkutan bus sudah mampu menyediakan dalam jumlah bsar. Mesti begitu pemerintah tetap mempersiapkan juga. Tinggal masalah lancar dan tidaknya saja di perjalanan . Masalah yang satu ini jelas sangat ditentukan oleh disiplin bersama. Baik disiplin aparat, penyelenggara, maupun pemakai jalan meski fasilitasnya cukup, kalau lalu lintas macet, apalah artinya.
menyediakan dalam jumlah bsar. Mesti begitu pemerintah tetap mempersiapkan juga. Tinggal
masalah lancar dan tidaknya saja di perjalanan . Masalah yang satu ini jelas sangat ditentukan
oleh disiplin bersama. Baik disiplin aparat, penyelenggara, maupun pemakai jalan mesti
fasilitasnya cukup, kalau lalu lintas macet, apalah artinya.

Contoh 2
Puskesmas sangat menguntungkan bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat di pedesaan dan bagi masyarakat yang kurang mampu. Biaya pengobatan di puskesmas sangat murah. Prosesnya pun mudah. Asalkan sudah mendaftarkan diri, pasien tinggal menunggu panggilan untuk diperiksa. Pasien yang dapat ditangani di puskesmas dapat langsung pulang
setelah diperiksa dan diberi obat. Jika puskesmas tidak dapat menangani, pasien akan dirujuk ke Rumah Sakit Daerah. Ia akan diberi pengantar atau surat rujukan untuk diperiksa di Rumah Sakit Daerah.
Ringkasan teks di atas dapat berbentuk bagan, seperti di bawah ini.







D. Pengertian Simpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, simpulan adalah sesuatu yang disimpulkan; hasil menyimpulkan; kesimpulan. Simpulan juga berarti kesudahan pendapat (pendapat terakhir yang berdasarkan uraian sebelumnya) atau keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif dan deduktif.
Untuk dapat menarik simpulan yang benar, kita harus menggunakan data, fakta, atau asumsi yang benar. Jika data, fakta, atau asumsinya tidak akurat, hasil simpulannya juga tidak akan akurat.
E. Pola Penalaran dalam Mengambil Simpulan
Dalam mengambil simpulan, digunakan pola penalaran deduktif dan induktif.
.
1. Penalaran Deduktif
Pola ini diawali dengan mengemukakan pernyataan yang umum lalu diikuti dengan pernyataan-pernyataan khusus. Penalaran deduktif terdiri atas, tiga bentuk berikut.
a. Silogisme
Silogisme adalah proses pengambilan simpulan dengan mengungkapkan terlebih dahulu pernyataan yang bersifat umum (premis umum) disusul dengan pernyataan khusus (premis khusus).
Contoh:
PU : Semua peserta ujian diwajibkan mengenakan atribut dan seragam dari sekolah asalnya..
PK : Susi adalah salah seorang peserta ujian.
K : Susi wajib mengenakan atribut dan seragam sekolah asal.
b. Sebab-Akibat-Akibat
Pola ini diawali dengan pengungkapan fakta yang merupakan sebab akibat yang berupa simpulan
Contoh :
Masyarakat kita masih rendah tingkat kedisiplinannya. Dapat dilihat dari kurang sadarnya menjaga kebersihan lingkungan. Masih banyak penduduk yang membuang sampah di selokan dan di kali. Saat dating musim hujan, aliran air di selokan dan kali tersumbat, tidak lancar.
Akhirnya, banjir melanda di mana-mana.
c. Akibat-Sebab-Sebab
Pola ini dimulai dengan pernyataan yang merupakan akibat, kemudian ditelusuri penyebabnya.
Contoh:
Dua dari tiga remaja di kota-kota besar di Indonesia menurut penelitian, pernah berpacaran. Separuh di antaranya telah terlibat pergaulan bebas.
Kebanyakan dari mereka terpengaruh oleh budaya Barat yang bebas. Mereka dengan serta-merta mengadopsinya dari tayangan-tayangan film di media elektronik. Ditambah lagi, pembinaan agama di rumah maupun di sekolah sangat kurang.
2. Penalaran Induktif
Pola penalaran ini bermula dari pengungkapan hal-hal yang khusus, kemudian ditarik suatu simpulan yang bersifat umum. Berikut adalah pola-pola penalaran induktif.
a. Generalisasi
Generalisasi ialah pengambilan simpulan umum berdasarkan fakta dan data yang bersifat khusus. Data dan fakta diperoleh melalui penilaian, pengamatan, atau hasil survei.
Contoh:
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kepada SMA Teladan saat mereka melaksanakan upacara, semua siswa memakai sepatu hitam dan kaos kaki putih. Pakaian mereka putih-putih dan kemeja dimasukkan ke dalam celana dan ke dalam rok, memakai ikat pinggang warna hitam. Pakaian mereka dilengkapi dengan dasi dan topi abu-abu. Jadi dapat dikatakan siswa SMA Teladan, pakaiannya seragam dan tertib sewaktu mengikuti upacara.
b. Sebab-Sebab-Akibat
Pola ini dimulai dengan mengemukakan fakta-fakta yang menjadi sebab, lalu ditarik simpulan yang merupakan akibat.
Contoh:
Hutan banyak ditebangi secara ilegal oleh oknum pengelola hutan. Terjadi kebakaran hutan di mana-mana. Pengawasan terhadap hutan lindung sangat lemah. Penduduk sekitar pun ikut-ikutan sampai membuka ladang dengan menebangi hutan. Akibatnya, setiap dating musim hujan , bencana longsor terjadi.
c. Akibat-Akibat-Sebab
Pola ini dimulai dengan mengungkapkan fakta-fakta yang merupakan akibat lalu dikemukakan peristiwa yang menjadi penyebabnya.
Contoh:
Ketika hujan, banjir melanda di mana-mana. Para penduduk mengungsi di tempat yang tinggi. Mereka harus menunggu air surut kembali. Ini disebabkan saluran air tersumbat oleh sampah yang dibuang warga sembarangan.
d. Analogi
Analogi ialah pengambilan simpulan dengan mengambil kesamaan dari suatu hal yang diperbandingkan. Biasanya dua hal atau lebih yang dibandingkan dianggap memiliki kesamaan sifat dasarnya.
Contoh:
Seorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Sewaktu mendaki, ada saja rintangan seperti jalan yang licin yang membuat seseorang jatuh. Ada pula semak belukar yang sukar dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula bila menuntut ilmu seseorang akan mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran, dan sebagainya. Apakah dia sanggup melaluinya ? Jadi, menuntut ilmu sama saja halnya dengan mendaki gunung untuk mencapa puncaknya.

Tugas!

I. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan pengertian ringkasan?
2. Apa perbedaan ringkasan dengan ikhtisar?
3. Buatlah ringkasan dari wacana di atas!
4. Sebutkan aturan tambahan dalam membuat ringkasan!
5. Hal apa saja yang harus dipangkas dalam membuat ringkasan!
6. Apa yang dimaksud dengan reproduksi?
7. Buatlah ringkasan dari sebuah pidato sambutan!
8. Berikan contoh menjadikan kalimat majemuk menjadi kalimat tunggal!
9. “Semua siswa-siswi diwajibkan membawa alat kebersihan besok.”
Perbaikilah kalimat ini sehingga menjadi efektif!
10. Carilah sebuah paragraf ekspositoris, lalu buatlah ringkasanny

modul 2.11

Modul 2. 12
Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat madia
Kompetensi Dasar : Menulis wacana bercorak naratif ,deskriptif,ekspositoris
dan argumentatif
Sumber : BSE.
Waktu :10 Jam
Indikator
- Menulis suatu kejadian dalam bentuk narasi serta memuat unsur-unsur yang
meliputinya secara kronologis.
- Membuat deskripsi dari gambar/bagan/tabel/grafik/diagram/mtriks yang dilihat atau
didengar Sepanjang 150-200 kata dalam waktu 30 menit.
- Membuat eksposisi dari suatu peristiwa
- Menyusun argumentasi dengan tujuan untuk meyakinkan pembaca tentang suatu
peristiwa kerja agar menerima suatu sikap dan opini secara logis.

Bab ini membahas materi tentang wacana bercorak narasi,deskripsi,ekspoisi,dan argumentasi termasuk pengertian ,cirri-ciri,unsure-unsur,tahapn penulisan,serta contoh tulisan.Setelah pembelajaran,diharapkan kita dapat membuat tulisan bercorak narasi,deskripsi,eksposisi,dan argumentasi dengan tepat.
B. Jenis-Jenis Wacana
Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.
1. Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya biografi (riwayat seseorang), otobiografi/riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri, atau kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi ekspositoris.
Narasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan seperti yang biasanya terdapat pada cerita novel atau cerpen. Narasi ini disebut dengan narasi imajinatif.
Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah:
(1) kejadian,
(2) tokoh,
(3) konflik,
(4) alur/plot.
(5) latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinya,atau setahun kemudian.
Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut.
(1) menentukan tema cerita
(2) menentukan tujuan
(3) mendaftarkan topik atau gagasan pokok
(4) menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara kronologis atau urutan waktu.
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Kerangka karangan yang bersifat naratif dapat dikembangkan dengan pola urutan waktu. Penyajian berdasarkan urutan waktu adalah urutan yang didasarkan pada tahapan-tahapan peristiwa atau kejadian. Pola urutan waktu ini sering digunakan pada cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, cerita sejarah, dan sebagainya.
Contoh:
Kunjungan ke Museum Fatahillah
1. persiapan keberangkatan
2. perjalanan menuju stasiun Kota
3. tiba di tempat tujuan
4. mengamati peninggalan zaman penjajahan Belanda
5. berkumpul kembali di depan ”Meriam Jagur”
6. persiapan pulang
2. Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari bahasa latin discribere yang berarti gambaran, perincian, atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman penulisnya. Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.
Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu
sebagai berikut.
a. Deskripsi Imajinatif/Impresionis ialah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai
kesan /imajinasi si penulis.
b. Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan
Contoh deskripsi faktual dalam sebuah cerita:
Lantai tiga kamar nomor tiga-nol-lima. Benar, ini dia kamar yang kucari; tanda pengenalnya tertera di pintu, agak ke atas. Tepat di depan mataku, masih di pintu itu, ada sebuah kotak kecil warna merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan pada kotak itu, dengan sebuah perintah dalam bahasa Inggris, Write Your Massage! Pada note book itu kubaca pesan untukku, ”Masuk saja, Rat, kunci dalam kotak ini. Tunggu aku!”
******
Di sebelah kiri pintu tergantung sebuah penanggalan dan sebuah cermin yang bertuliskan ”Anda manis, Nona.” Di bawahnya merapat sebuah meja belajar yang diberi alas kertas berbungabunga merah jambu, dan dilapisi lagi dengan plastik bening. Di atas meja ada sebuah tape recorder kecil, sebuah mesin ketik, jam weker, alat-alat tulis, beberapa helai kertas berserakan dan buku-buku dalam keadaan terbuka. Pasti semalam dia habis mengerjakan paper, pikirku.
******
(Sumber: “Kamar Sebuah Asrama,” oleh Ni Made Tuti Marhaeni, dalam buku Menulis Secara Populer, karya Ismail Marahimin, 2001)
Kita dapat membuat karangan deskripsi secara tidak langsung, yaitu dengan mengamati informasi dalam bentuk nonverbal berupa gambar, grafik, diagram, dan lain-lain. Apa saja yang tergambarkan dalam bentuk visual tersebut dapat menjadi bahan atau fakta yang akurat untuk dipaparkan dalam karangan deskripsi karena unsur dasar karangan ini adalah pengamatan terhadap suatu objek yang dapat dilihat atau dirasakan.
Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:
(1) menentukan objek pengamatan
(2) menentukan tujuan
(3) mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
(4) menyusun kerangka karangan
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan bercorak deskriptif dapat berupa
penyajian parsial atau tempat. Penyajian urutan ini digunakan bagi karangan yang mempunyai pertalian sangat erat dengan ruang atau tempat. Biasanya bentuk karangannya deskriptif. Pola uraiannya berangkat dari satu titik lalu bergerak ke tempat lain, umpamanya dari kiri ke kanan, atas ke bawah, atau depan ke belakang.
Contoh:
Laporan lokasi banjir di DKI Jakarta
1. Banjir di wilayah Jakarta Timur
a. Duren sawit
b. Klender
c. Kampung Melayu
2. Banjir di wilayah Jakarta Pusat
a. Pramuka
b. Salemba
c. Tanah Abang
3. Banjir di wilayah Jakarta Barat
3. Eksposisi
Kita eksposisi berasal dari bahasa Latin exponere yang berarti: memamerkan, menjelaskan, atau menguraikan. Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan
memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.
Berikut contoh-contoh pengembangan karangan eksposisi:
a. Contoh eksposisi dengan pengembangan ilustrasi Kepemimpinan seorang Bapak dalam rumah tangga bak
nakhoda mengemudikan kapal. Bapak menjadi kepala keluarga
yang bertanggung jawab terhadap istri dan keluarganya. Sama
seperti nakhoda yang mampu memimpin dan melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya. Bila kepemimpinan kepala keluarga
baik, akan baiklah keluarga tersebut, sama halnya dengan kapal
yang dikemudikan nakhoda.
b. Contoh eksposisi dengan pengembangan definisi.
Telepon genggam yang lebih dikenal dengan sebutan ponsel (telepon seluler) atau HP (hand phone) merupakan alat komunikasi yang berbentuk kecil serta ringan. Selain mudah digenggam serta dibawa ke mana-mana, bentuknya yang mungil memudahkan orang untuk berkomunikasi di mana saja berada. Telepon genggam adalah produk canggih era komunikasi nirkabel, telepon tanpa kabel. Dengan variasi bentuk, merek, dan model yang selalu baru, jenis telepon ini banyak diminati berbagai kalangan masyarakat.
c. Contoh eksposisi dengan pengembangan klasifikasi.
Ada dua jenis tanaman mini. Pertama, tanaman mini yang bukan asli mini. Bila ditanam di tanah, ia akan tumbuh besar dan normal seperti biasa. Bila ditempatkan di pot kecil, pertumbuhannya jadi lambat. Tanaman jenis ini misalnya, tanaman palem udang, pohon rhapis, pohon asem, beringin, dan jambu kerikil. Jenis kedua tanaman mini asli yang aslinya memang kecil. Tanaman ini kalau ditanam di tanah tidak dapat besar seperti ukuran biasa (normal). Jika ditanam di pot kecil, ia akan makin kecil, mungil, dan cantik. Tanaman ini antara lain
agave, chriptanthus panseviera, dan anthurium chrystallium.
Contoh karangan eksposisi dari suatu peristiwa.
Dua pekerja yang tertimbun tanah longsor akhirnya ditemukan oleh
petugas kepolisian setelah sejak kemarin mereka menggali gundukan pasir setinggi sepuluh meter. Dari sejak subuh kemarin hingga pukul 03.00 WIB penggalian terus dilakukan dengan menggunakan backhoe. Penggalian yang memakan waktu hampir 20 jam itu berakhir saat dua korban berhasil ditemukan. Mundari ditemukan dalam keadaan tubuh melingkar.
Sementara Itok ditemukan dalam kondisi mengenaskan.
Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu sebagai berikut.
(1) menentukan objek pengamatan,
(2) menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi,
(3) mengumpulkan data atau bahan,
(4) menyusun kerangka karangan, dan
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian berikut:
1). Urutan topik yang ada
Pola urutan ini berkaitan dengan penyebutan bagian-bagian suatu benda, hal atau peristiwa tanpa memproritaskan bagian mana yang terpenting. Semua bagian dianggap bernilai sama.
2). Urutan klimaks dan antiklimaks
Pola penyajian dimulai dari hal yang mudah/yang sederhana menuju ke hal yang makin penting atau puncak peristiwa dan sebaliknya untuk anti-klimaks.
4. Argumentasi
Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang.
Karangan argumentasi dapat juga berisi tanggapan atau sanggahan terhadap suatu pendapat dengan memaparkan alasan-alasan yang rasional dan logis.
Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.
(1) menentukan tema atau topik permasalahan,
(2) merumuskan tujuan penulisan,
(3) mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung.
(4) menyusun kerangka karangan, dan
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebabakibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
1). Sebab-akibat
Pola urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi sebab berlanjut topik/gagasan yang menjadi akibat.
Contoh:
a. Sebab-sebab kemacetan di DKI Jakarta
a) Jumlah penggunaan kendaraan
b) Ruas jalan yang makin sempit
c) Pembangunan jalur busway
b. Akibat-akibat kemacetan
a) Terlambat sampai di kantor
b) Waktu habis di jalan
2). Akibat-sebab
Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibat dan dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.
Contoh : Menjaga kelestarian hutan
1. Keadaan hutan kita
2. Fungsi hutan
3. Akibat-akibat kerusakan hutan
3). Urutan Pemecahan Masalah
Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkan masalah kemudian mengarah pada pemecahan masalah.
Contoh : Bahaya narkoba dan upaya mengatasinya
1. Pengertian narkoba
2. Bahaya kecanduan narkoba
a. pengaruh terhadap kesehatan
b. pengaruh terhadap moral
c. ancaman hukumannya
3. Upaya mengatasi kecanduan narkoba
4. Kesimpulan dan saran
Contoh karangan argumentasi:
karangan argumentasi:
Salah Urus Kereta Api
Lagi-lagi kecelakaan kereta api terjadi. Kereta api Citra Jaya terguling
di Cibatu, Jawa Barat, Sabtu lalu. Pada hari yang sama, sepur eksekutif Argo Lawu juga anjlok di Banyumas, Jawa Tengah. Ini makin menunjukkan perkeretaapian kita dalam kondisi gawat. Pemerintah mesti segera membenahinya sebelum korban jatuh lebih banyak akibat kecelakaan.
Musibah kereta api Argo Lawu tak memakan korban. Tapi kecelakaan kereta Citra Jaya menyebabkan puluhan orang terluka. Daftar kecelakaan pun bertambah panjang. Dalam kurun waktu empat bulan terakhir sudah terjadi 10 kali kecelakaan kereta api. Angka ini naik hampir tiga kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu.
Tidaklah salah pernyataan Menteri Perhubungan Hatta Rajasa kemarin bahwa anjloknya dua sepur itu seharusnya bisa dideteksi. Tanda-tanda amblesnya tanah di bawah bantalan rel kereta tentu bisa diamati jauh
hari. Dengan kata lain, semestinya manajemen PT Kereta Api lebih serius
mengawasi jalur kereta api.
Persoalannya, Pak Menteri Cuma melihat sisi ketidakberesan PT Kereta
Api. Yang terjadi sebenarnya pemerintah juga salah urus perusahaan inisehingga terus merugi. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, Rp 1,4 triliun per tahun. Inilah yang menyebabkan perusahaan milik negara tersebut tak sanggup memberikan layanan yang baik.
Kerugian besar muncul karena PT Kereta Api diwajibkan memelihara jaringan rel di Indonesia. Total duit yang dikeluarkan untuk perawatan reguler per tahun mencapai Rp 2,1 triliun. Sementara itu, anggaran dari pemerintah hanya Rp 750 miliar.
Di luar perawatan rutin, PT Kereta Api jelas tak mampu lagi
menanggungnya. Padahal sebagian besar bantalan rel itu perlu diganti. Dari total panjang lintasan rel kereta api 4.676 kilometer, separuh lebih berusia di atas 50 tahun. Jangan heran jika banyak bantalan rel yang sudah lapuk. Kondisi ini sangat mudah membuat kereta api anjlok. Faktanya, sebagian besar kecelakaan kereta api yang terjadi pada 2001-2006 akibat kurang beresnya rel.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional tahun lalu menghitung
dibutuhkan Rp 6 triliun untuk menyehatkan kereta api dan jaringan rel. Dalam keadaan anggaran negara yang sedang tekor, angka itu memang tampak besar. Tapi, kalau pemerintah bisa menalangi Lapindo Brantas Inc. Sekitar Rp 7,5 triliun buat membangun infrastruktur di Porong Sidoarjo, kenapa untuk urusan yang ini tidak?
Pemerintah tak perlu ragu mengucurkan dana untuk pembenahan perkeretaapian. Jika dikelola dengan benar, kereta api sebetulnya berpotensi menunjang perekonomian. Dengan pengelolaan di bawah standar pun, setiap tahun kereta api mampu mengangkut 150 juta penumpang dan 5 juta ton barang. Kalau ditangani lebih baik, jumlah penumpangnya tentu akan jauh meningkat. Pendapatan PT Kereta Api pun akan bertambah.
Membiarkan kereta api berlari di atas bantalan rel yang lapuk atau tak terurus sungguh berbahaya. Jika pemerintah peduli keselamatan warganya, kondisi perkeretaapian yang amburadul harus segera dibenahi.
(Dikutip dari Koran Tempo, 24 April 2007)
TUGAS MANDIRI
Agar lebih memahami dan terampil menulis wacana bercorak narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi, kerjakanlah tugas berikut.
1. Bacalah wacana di awal bab. Tulislah paragraf berbentuk deskripsi dan eksposisi.
2. Carilah di koran atau majalah contoh tulisan berbentuk narasi, deskripsi, eksposisi, atau
argumentasi. Jelaskan perbedaannya dari segi tema, tujuan, dan sifat uraiannya.
3. Tulislah wacana bercorak:
a. narasi yang berisi uraian secara kronologis.
b. deskripsi dengan mengamati gambar atau ilustrasi. Panjang karangan 150 -200 kata dalam
waktu 30 menit.
c. eksposisi mengenai suatu peristiwa,
d. argumentasi tentang prinsip atau sikap kerja.

I. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan pengertian wacana argumentasi!
2. Sebutkan dan jelaskan cara membuat karangan yang baik!
3. Jelaskan pengertian kerangka karangan!
4. Sebutkan syarat-syarat paragraf yang baik!
5. Apa yang dimaksud dengan narasi?
6. Jelaskan fungsi dari kerangka karangan!
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan teknik menyimpulkan secara induktif dan
deduktif!
8. Buatlah contoh paragraf yang menggunakan koherensi dengan kata ganti orang!
9. Buatlah contoh satu paragraf dengan pola hubungan sebab-akibat!
10. Buatlah kerangka karangan berurutan pada urutan umum-khusus

modul 2.10

MODUL 2.10
Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat madia.
Kompetensi Dasar : Bernegoisasi yang menghasilkan dalam konteks bekerja
Waktu : 6 Jam
Sumber : BSE
Indikator :
- Mengemukakan gagasan, pendapat, atau komentar dalam kalimat yng menarik dan santun dengan
Memerhatikan butir-butir yang akan dibahas.
- Menyanggah pendapat orang lain dalam kalimat yang santun dengan tetap menghargai pendapat mitra
bicara
- Meyakinkan mitra bicara untuk menyetujui pendapat pembicara dengan sikap dan kalimat yang cermat
serta argumentasi yang rasional.

A. Pengertian Negosiasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), negosiasi adalah: Proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak dan pihak lainnya; penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak yang bersengketa.
Untuk dapat bernegosiasi dengan baik dan berhasil, beberapahal berikut yang perlu kita perhatikan.
1. Memahami persoalan yang akan dinegosiasikan.
2. Memiliki informasi dan data tentang persoalan yang akan dinegosiasikan sebagai bahan
argumentasi.
3. Mengungkapkan gagasan atau pendapat dengan alasan yang rasional
4. Menyampaikan penjelasan dengan kalimat yang menarik, efektif, dan santun.
5. Bersikap sabar dan terbuka menerima pendapat orang lain
6. Berupaya meyakinkan mitra bicara tentang penting dan bergunanyahal yang kita negoisasikan
Secara santun
7. Menghindari sikap menjatuhkan pendapat orang lain
8. Memiliki beberapa alternatif konsep lain yang tak jauh beda bila konseppertama tak bias
diperjuangkan.

B. Bernegosiasi dalam Menyusun Program Kerja
Dalam perundingan mengenai program kerja, ada program yang diterima ada juga yang tertolak atau perlu direvisi bergantung pada argumentasi pihak pembuat program. Tentunya melalui tawar-menawar antara pengusul program dan pihak yang menolak. Tawar-menawar
dalam merumuskan sesuatu itu wajar terjadi. Inilah yang disebut negosiasi.

C. Bernegosiasi dengan Santun
Sebuah musyawarah atau perundingan pada akhirnya harus menuju suatu keputusan yang damai dan dapat diterima semua pihak. Oleh sebab itu, proses bernegosasi harus dilakukan dengan bahasa santun menggunakan ungkapan yang tidak bernuansa konflik. Sanggahan yang
diutarakan juga dengan alasan yang tepat dan dapat menyakinkan orang lain. Jika butuh sebuah perincian, kemukakan dengan lugas, dan tidak berputar putar sehingga orang salah pengertian.


Ada beberapa ekskul yng dilibatkan seperti :

Majalah Dinding (Mading) dan KIR (Karya Ilmiah Remaja). Namun, bidang ekskul, khususnya PMR dan Paskibra, tidak setuju. Mereka mengganggap kegiatan latgab, khusus untuk bidang ekskul tertentu saja.
Jadi tidak semua bidang ekskul pantas menjadi peserta latgab. Berikut cuplikan percakapannya.





I. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan apa yang dimaksud negosiasi!
2. Syarat apa yang harus dimiliki oleh seorang negosiator?
3. Apa yang dimaksud dengan program kerja?
4. Bagaimana cara menyanggah yang santun?
5. Mengapa kita harus bernegosiasi dengan santun?
Amatilah perbincangan rapat OSIS SMK Nurul Iman pada materi
pelajaran ini. Lalu jawablah soal-soal di bawah ini!
6. Apakah inti permasalahan dalam rapat tersebut?
7. Apakah bahasa yang digunakan cukup santun dan tidak menyinggung perasaan orang lain?
8. Apakah gagasan/ide disampaikan secara logis?
9. Apakah alasan diikutsertakannya ekskul Mading dan KIR dalam latihan gabungan?
10. Bagaimana hasil keputusan rapat tersebut?

modul 2.9

MODUL 2.9

Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Madia
Kompetensi Dasar : 2.9 Berdiskusi dalam konteks bekerja
Sumber : BSE
Waktu :
Indikator
- Menyampaikan gagasan yang tepat dengan topic diskusi
- Menyanggah pendapat tanpa menimbulkan konflik dalam uatu forum diskusi dengan santun
dan ekspresif.
- Menyampaikan argumentasi terhadap topik diskusi yang dibicarakan.
- Menghargai mitra bicara yang menyampaikan argument terhadap topic diskusi
- Menyusun simpulan berdasarkan fakta, data, dan opini dengan tepat

A. Diskusi dan Manfaatnya
Untuk mengadakan sebuah diskusi harus dipersiapkan terlebih dahulu unsur-unsur berikut.

(1) Unsur manusia, yaitu moderator atau pemimpin diskusi, penyaji/narasumber/ pemrasaran /pembicara, notulis/sekretaris, dan peserta diskusi
Jika diskusi tidak dihadiri pembicara, orang yang bertugas membahas masalah adalah moderator selaku pemimpin diskusi.
(2) Unsur materi, seperti topik diskusi atau permasalahan, dan tujuan atau sasaran.
(3) Unsur fasilitas, seperti ruangan/tempat, perlengkapan, misalnya meja,kursi.papan tulis,dan
kertas.

Diskusi dapat diartikan dengan kegiatan bertukar pikiran secara lisan. Diskusi biasanya dilakukan karena ada masalah atau persoalan yang perlu dibahas dan dipecahkan. Diskusi secara umum bertujuan untuk mencari solusi atau penyelesaian suatu masalah secara teratur dan terarah. Yang dimaksud teratur dan terarah ialah semua unsur-unsur yang ada di dalam diskusi berfungsi, baik peserta, pembicara, maupun moderator menjalankan tugasnya dengan baik, saling bertukar pikiran secara aktif dan santun untuk mencapai kesepakatan atau penyelesaian yang baik.
Diskusi yang baik akan membawa manfaat yang baik. Manfaat diskusi ialah:
(1) membiasakan sikap saling menghargai
(2) menanamkan sikap demokrasi
(3) mengembangkan daya berpikir
(4) mengembangkan pengetahuan dan pengalaman
(5) mewujudkan proses kreatif dan analitis
(6) mengembangkan kebebasan pribadi
(7) melatih kemampuan berbicara
B. Tugas dan Peranan Unsur Diskusi
Tugas unsur-unsur diskusi adalah sebagai berikut.
1. Tugas Moderator/Pemimpin Diskusi
a. Menyiapkan pokok masalah yang akan dibicarakan
b. Membuka diskusi dan menjelaskan topik diskusi
c. Memperkenalkan komponen diskusi terutama pembicara jika ada unsure penyaji.
d. Membuat diskusi menjadi hidup atau dinamis
e. Mengatur proses penyampaian gagasan atau tanya jawab
f. Menyimpulkan diskusi dan membacakan simpulan diskusi
g. Menutup diskusi
2. Tugas Pembicara
a. Menyiapkan materi diskusi sesuai topik yang akan dibahas
b. Menyajikan pembahasan materi atau menyampaikan gagasan gagasan serta pandangan yang
yang berkaitan dengan topik diskusi
c. Menjawab pertanyaan secara objektif dan argumentatif
d. Menjaga agar pertanyaan tetap pada konteks pembicaraan
3. Tugas dan Peranan Notulis
a. Mencatat topik permasalahan
b. Waktu dan tempat diskusi berlangsung
c. Mencatat jumlah peserta
d. Mencatat segala proses yang langsung dalam diskusi
e. Menuliskan kesimpulan atau hasil diskusi
f. Membuat laporan hasil diskusi
g. Mendokumentasikan catatan tentang diskusi yang telah dilakukan.
4. Peranan atau Tugas Peserta Diskusi
a. Mengikuti tata tertib dan aturan dalam diskusi
b. Mempelajari topik/permasalahan diskusi
c. Mengajukan pertanyaan, pendapat/sanggahan, atau usulan
d. Menunjukkan solidaritas dan partisipasi
e. Bersikap santun dan tidak emosional
f. Memusatkan perhatian
g. Turut serta menjaga kelancaran dan kenyamanan diskusi
D. Menyampaikan Tanggapan dan Sanggahan di dalam Diskusi
Jika seseorang hendak mengajukan sanggahan atau penolakan atas pendapat serta usulan peserta diskusi yang lain, sanggahan dapat diungkapkan dengan memerhatikan hal-hal berikut.
(1) Menyatakan permohonan maaf terlebih dahulu sebelum menyampaikan sanggahan /
ketidaksetujuan.
(2) Memberikan pujian atau penghargaan terhadap pendapat yang akan ditanggapi.
(3) Menyampaikan sanggahan atau tanggapan dengan alasan yang masuk akal.
(4) Sanggahan diusahakan menyempurnakan atau memberikan solusi alternative terhadap
Gagasan yang akan ditanggapi.
(5) Ungkapan-ungkapan yang merendahkan, seperti, tertolak,tidak masuk akal,pendapat orang
kampung, dan lain-lain harus dihindarkan.
Di bawah ini adalah contoh kata atau ungkapan yang dapat digunakan untuk memberikan tanggapanatau sanggahan atas pendapat orang lain.
1. Maaf, saya kurang sependapat ....
2. barangkali perlu ditinjau kembali
3. Masih ada yang kurang sesuai dengan topik permasalahan.
4. Saya kira masih ada pilihan lain misalnya ....
5. Maaf, pendapat saya sedikit berbeda ....
Tanggapan bukan hanya memberi sanggahan, tapi juga mendukung ide, gagasan, atau pendapat orang lain di dalam diskusi. Untuk menyampaikan persetujuan atau dukungan terhadap pendapat orang lain, perlu diperhatikan hal-hal berikut.
(1) Pernyataan dukungan diungkapkan dengan jelas, tidak berbelit belit serta dengan bahasa yang
santun.
(2) Persetujuan juga diungkapkan dengan logis berdasarkan fakta dan alasan yang bisa diterima..
(3) Persetujuan disampaikan dengan wajar dan tidak berlebihan.
(4) Dukungan harus diungkapkan secara objektif.
Di bawah ini adalah contoh ungkapan yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan dukungan atau persetujuan.
1. Pendapat Anda sesuai dengan topik yang dibahas.
2. Saya setuju dengan pendapat Anda.
3. Saya mendukung pendapat Saudara.
4. Apa yang Saudara katakan sama dengan pemikiran saya.
E. Mengambil Simpulan dalam Diskusi
Tujuan diskusi adalah mencapai hasil berupa kesepakatan terhadap sesuatu atau pemecahan terhadap suatu masalah. Memberikan simpulan dalam diskusi merupakan tugas moderator. Namun untuk merumuskan simpulan, peserta diskusi dapat diikutsertakan agar simpulan yang diambil lebih objektif dan valid.
Secara umum, simpulan dapat diambil dengan melalui penalaran deduktif maupun induktif. Dalam diskusi, simpulan diambil dengan berdasarkan hal-hal berikut.
(1) Pendapat yang dapat diterima oleh semua peserta diskusi.
(2) Data-data dan fakta yang benar dan dapat diterima kebenarannya oleh peserta diskusi..
(3) Segala pendapat atau gagasan yang sama dan sejalan.
(4) Voting atau mengambil suara terbanyak dari peserta diskusi yang hadir.
(5) Simpulan diupayakan merupakan rumusan yang inovatif, solusif,dan implementatif.

TUGAS KELOMPOK
Bentuklah kelompok yang terdiri atas 4 – 5 orang. Lalu, buatlah sebuah diskusi kelompok dengan menentukan topik diskusi, membagi tugas sesuai unsur diskusi, dan melakukan proses diskusi dengan menerapkan tata cara menyampaikan pendapat, argumentasi, dan sanggahan hingga penyusunan simpulan dengan tepat dan santun. Setelah itu, serahkan simpulan atau hasil pembahasan diskusi kepada guru untuk dinilai!

I. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Apa yang dimaksud dengan diskusi?
2. Sebutkanlah manfaat dari diskusi!
3. Sebutkan peranan moderator!
4. Sebutkan peranan penyaji!
5. Sebutkanlah tugas notulis!
6. Sebutkan tugas atau peranan peserta diskusi!
7. Sebutkan yang termasuk unsur manusia dalam diskusi!
8. Buatlah 2 kalimat yang berisi sanggahan yang santun terhadap pendapat orang lain!
9. Buatlah 2 kalimat persetujuan yang santun terhadap pendapat orang lain!
10. Hal apa saja yang harus diperhatikan dalam memberi tanggapan dalam diskusi!

modul 2.8

MODUL 2.8
Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Madia
Kompetensi Dasar : 2.8 Bercakap-cakap secara sopan dengan mitra bicara dalam konteks bekerja
Sumber : BSE
Waktu : 6 Jam
Indikator :
- Menggunakan kata atau ungkapan dalam memulai atau mengakhiri suatu pembicaraan baik formal
Maupun nonformal secara tepat dan efektif.
- Menerapkan pola gilir percakapan secara aktif untuk pendapat atau menyatakan penghargaan
- Mengalihkan topik pembicaraan ( topic switching) secara halus dengan menggunakan ungkapan yang
tepat
- Menyatakan pendapat yang berbeda tanpa menimbulkan konflik secara halus dan santun

A. Pilihan Kata atau Ungkapan untuk Memulai Percakapan

Proses penyampaian bahasa Indonesia dalam berkomunikasi secara
lisan dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung maksudnya berhadapan atau bertatap muka dengan mitra bicara dan tidak langsung ialah dengan menggunakan sarana seperti telepon atau media komunikasi yang lainnya. Apa pun caranya,
yang jelas setiap proses komunikasi dilakukan dengan tujuan agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh kedua belah pihak sehingga terjadi asil yang efektif dan memuaskan.
Untuk memulai percakapan dalam situasi formal biasanya menggunakan ungkapan sebagai berikut.
1. Selamat pagi.
2. Selamat siang.
3. Selamat malam.
4. Assalamu’alaikum pemirsa di mana saja Anda berada.
5. Salam sejahtera bagi kita semua.
6. Selamat malam para pendengar radio.
7. Selamat datang.
Atau ucapan pembuka dengan sapaan:
1. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu serta hadirin ... selamat malam.
2. Para tamu undangan yang kami muliakan.
3. Assalamu ‘alaikum, Saudara-saudaraku ....
4. Yang terhormat dewan guru ....
5. Yang saya hormati Kepala Sekolah ....
6. Teman-teman yang saya cintai, selamat pagi ....
7. Siswa-siswi yang saya sayangi ....
8. Para pendengar setia radio Sonora, selamat berjumpa.
9. Hadirin yang berbahagia, selamat datang, selamat malam ....
10. Para karyawan PT. Sejahtera, selamat siang ....
11. Sahabat yang dimuliakan Allah, Assalamu’alaikum ....
12. Para pemirsa, kita berjumpa lagi selama tiga puluh menit ke depan…..
13. Selamat malam, Pak, saya Ardi. Bisa bertemu dengan ....
14. Selamat pagi, apakah saya bisa bertemu dengan Bapak ....
Ungkapan pembuka lewat telepon dalam ragam formal:
1. Assalamu’alaikum…
2. Selamat pagi. Bisa bicara dengan… saya dari…
3. Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?
4. Halo, selamat siang…
5. Selamat pagi. Saya Ahmad. Bisa bicara dengan...
6. Wa’alaikum salam, Yayasan Restu Ibu, ada yang bisa kami bantu?
7. PT. Rahmat, Assalamu’alaikum, ada yang bisa dibantu?
8. Cafe Halal, Selamat Malam...
9. Selamat sore. Maaf mengganggu, bisa bicara dengan...
Ungkapan atau salam pembuka pada percakapan di telepon dalam
situasi nonformal:
1. Halo, gimana kabarnya?
2. Halo, Rahmatnya ada?
3. Halo, ada Wiwin, Bu?
4. Halo, Pak. Bisa dengan Zulkifli?
B. Salam dan Ungkapan dalam Mengakhiri Percakapan
Ketika akan mengakhiri percakapan biasanya seseorang akan menegaskan kembali hal-hal pokok yang berkaitan dengan materi pembicaraan yang dianggap penting untuk diingat atau dilakukan kepada kawan bicaranya. Selanjutnya baru menyampaikan ucapan penutup
pembicaraan. Saat akan mengakhiri percakapan, biasanya pembicara mengucapkan
hal-hal seperti di bawah ini.
1. Menegaskan kembali yang hal penting dari apa yang telah dibicarakan agar tetap diingat atau
tak lupa untuk dilakukan.
Dalam situasi formal
Contoh:
1. Baiklah, jangan lupa datang di acara wisudaku.
2. Baiklah pemirsa di rumah, jika ada saran dan kritik, kirimkan ke….
3. Jadi, jangan sampai lupa rencana kita.
4. Baiklah, sampai bertemu besok di rapat.
5. Sebelum mengakhiri diskusi ini, saya ingatkan kembali ....
6. Sebelum menutup rapat ini, saya tegaskan kembali ....
7. Demikian yang bisa saya sampaikan, ingat ....
8. Sekian saja pertemuan kita hari ini, jangan lupa ....
9. Sebelum ditutup, saya ingatkan kembali ....
10. Sebagai penutup, kita simpulkan bahwa ....
11. Insya Allah, kita akan mengadakan pertemuan kembali ....
Dalam situasi nonformal
Contoh:
1. Oke, jangan lupa besok ketemu ....
2. Udah dulu, ya, pokoknya besok ....
3. Oke, jadi, kan besok?
4. Sampai minggu depan, ingat kita masih ada urusan
5. Sip deh, jadi kita besok berangkat ....

2. Mengucapkan terima kasih
Dalam situasi formal
Contoh:
1. Atas perhatian Bapak dan Ibu sekalian, kami mengucapkan terima
kasih.
2. Terima kasih atas waktu dan kesempatannya.
3. Terima kasih atas kesedian waktunya.
4. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.
5. Terima kasih untuk pesan-pesannya.
Dalam situasi nonformal
Contoh:
a. Makasih banyak!
b. Makasih, ya!
c. Trims, yuk!
d. Thanks sudah mau kasih saran!
3. Permintaan maaf
Dalam situasi formal
Contoh:
1. Kami mohon maaf jika ada pelayanan yang tak berkenan.
2. Mohon maaf jika ada kata-kata yang tak pantas.
3. Sebelumnya kami mohon maaf bila tak berkenan ....
4. Mohon maaf atas keterlambatan ....
5. mohon dibukakan pintu maaf jika ada kesalahan ucapan ....
Dalam situasi nonformal
Contoh:
1. Maaf, ya, kalau ada salah ucap.
2. Maafin ya, kalau ada salah kata.
3. Maaf, ya!
4. Ungkapan perpisahan serta harapan
Dalam situasi formal
Contoh:
1. Selamat jalan semoga sampai ditujuan.
2. Semoga berhasil, sampai jumpa.
3. Selamat berpisah, semoga kita bertemu lagi.

4. Sampai berjumpa dalam kesempatan yang lain.
5. Sampai di sini dulu pertemuan kita, semoga sukses.
Ucapan perpisahan nonformal
Contoh:
1. Dada ...
2. Bye ...
3. Goodbye ..
4. Sampai nanti,ya ..
5. Dah, yuk!
6. Sampai nanti, ya!
7. Salam buat keluarga, ya!
5. Menutup percakapan dengan salam penutup. Salam penutup biasanya
disesuaikan dengan salam pembuka atau berdaarkan waktu.
Dalam situasi formal
Contoh:
1. Assalamu’alaikum.
2. Selamat malam.
3. Selamat siang.
Salam penutup dalam situasi nonformal
Contoh:
1. Met malam!
2. Malam.
3. Assalamu’alaikum.
4. Siang.
C. Penerapan Pola gilir dalam Percakapan secara Aktif
Dalam percakapan terkadang terjadi pola satu arah diakibatkan oleh seseorang mendominasi pembicaraan. Agar percakapan dapat berlangsung dengan merata dalam arti setiap orang yang terlibat percakapan mendapat giliran yang sama dalam berbicara, dapat diterapkan sistem pola gilir. Penerapan pola gilir dapat dilakukan dengan cara melemparkan pertanyaan.
Apalagi jika Anda moderator atau pemimpin dalam diskusi, Anda bias meminta anggota lainnya memberikan pendapat, gagasan, atau penilaian
Di bawah ini, beberapa contoh ungkapannya.
1. Bagaimana menurut pendapat Anda?
2. Mungkin di antara kalian ada yang berpendapat lain?
3. Menurut pandanganmu gimana?
4. Adakah yang memiliki pendapat lain?
5. Mungkin ada yang mempunyai gagasan lain?
6. Saya yakin ada yang mempunyai pendapat yang lebih baik.
D. Mengalihkan Topik Pembicaraan secara Halus
Proses pengalihan topik pembicaraan bisa disadari dan juga tidak disadari. Jika memang harus dilakukan, pengalihan topik dapat dilakukan secara halus dan santun agar tak mengganggu kenyamanan proses percakapan yang tengah berlangsung. Pengalihan topik dapat dilakukan
dengan ungkapan berikut.
1. Mungkin ada kaitannya dengan ....
2. Mungkin menyimpang sedikit, tapi ....
3. Bagaimana menurut Anda mengenai faktor lain seperti ....
4. Maaf, saya dengar Ibu suka juga pada ....
5. Bagaimana jika kita meninjau sisi lain misalnya ....
6. Persoalan ini berkaitan juga dengan masalah...
Dalam situasi nonformal, pengalihan topik pembicaraan dapat dilakukan dengan menyatakan ungkapan:
1. Saya dengar Bapak bisa melakukan hal lain, seperti ....
2. Wah, makin seru kalau kita bicara soal ....
3. Boleh tau pandangan Ibu tentang ....
Pengalihan topik dalam suatu diskusi bisa saja menyimpang dari pokok persoalan semula. Hal ini tidak boleh dibiarkan. Jika Anda moderator,Anda harus bias mengemblikan pembicaraan yang sebenarnya,dengan mengucapkan:

1. Maaf, pertanyaan agar dipersingkat.
2. Maaf, pertanyaan langsung ke pokok permasalahan.
3. Pertanyaan agar terfokus pada topik pembicaraan ....
4. Saya ingatkan kembali bahwa topik pembicaraan kita adalah ....
E. Menggungkapkan Perbedaan Pendapat secara
Halus
Perbedaan pendapat di antara pembicara baik pada forum diskusi atau situasi semiformal sudah biasa terjadi.
Menyampaikan pendapat yang berbeda atau menyanggah pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat kita dapat dilakukan secara halus dengan mempertimbangkan hal-hal berikut.
(1) Nyatakan permohonan “maaf” dahulu.
(2) Berikan kesan mendukung gagasan yang akan disanggah sebelum menyertakan
kekurangannya.
(3) Ungkapkan kekurangan dengan perkataan yang halus seperti, “kurang”
atau “belum,” bukan kata-kata “tidak”.
(4) Ungkapkan kekurangan pendapat mitra bicara dengan alasan yang logis


TUGAS MANDIRI
Amatilah acara debat atau diskusi di televisi kemudian tulislah ungkpan –ungkapan yang menandakan hal-hal berikut:
1. membuka percakapan
2. menerapkan pola gilir
3. memberi tanggapan
4. mengalihkan topik pembicaraan (jika ada)
5. menyatakan pendapat yang berbeda dengan santun
6. menutup perbincangan.
Beri keterangan waktu penayangan dan nama acara serta stasiun televise atau media elektronik
yang meliputnya!

I. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Buatlah tiga ucapan pembuka percakapan lewat telepon!
2. Buatlah tiga contoh ungkapan pembuka dalam percakapan formal!
3. Buatlah tiga contoh ungkapan pembuka dalam percakapan nonformal!
4. Apa tujuan dalam berkomunikasi secara lisan?
5. Buatlah tiga contoh ungkapan mengakhiri percakapan secara formal!
6. Buatlah tiga contoh ungkapan dalam mengakhiri ucapan secara nonformal!
7. Buatlah contoh ucapan perpisahan dalam situasi formal!
8. Hal-hal apa yang harus diperhatikan dalam mengungkapkan perbedaan
pendapat secara santun?
9. Hal apa saja yang biasa diucapkan untuk mengakhiri percakapan?
10. Berikan dua contoh ungkapan untuk mengalihkan topik pembicaraan secara halus!

II. Buatlah percakapan dengan topik bebas! Disusun secara kelompok 1- 4 siswa.

modul 2.7

MODUL 2.7

Standar Kompetensi :Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Madia
Kompetensi Dasar : 2.7 Menerapkan pola gilir dalam berkomunikasi
Waktu : 4 Jam
Sumber : BSE
Indikator
- Berkomunikasi dengan menggunakan kata, bentuk kata, dan ungkapan dengan santun
- Memanfaatkan pola gilir dalam berkomunikasi secara efektif

A. Menggunakan Kata, Bentukan kata, serta Kalimat yang Santun dalam Berkomunikasi
Dalam berkomunikasi yang baik seseorang dituntut untuk mempertimbangkan situasi berbicara.
Perhatikan contoh berikut!
1. Terima kasih saya ucapkan atas kehadiran Bapak dan Ibu sekalian di tempat ini dalam rangka
memenuhi undangan kami.
2. Makasih, ya, atas kedatangan kamu semua pada perayaan hari ulang tahunku!
3. Thanks berat, ye! Akhirnya, lu pada dateng juga ke sini tuk Menuhin undangan gue.
Kalimat nomor satu digunakan dalam situasi resmi, sedangkan kalimat kedua dan ketiga dalam bentuk situasi umum atau akrab.
B. Memahami Pola Gilir dalam Berkomunikasi
Pemahaman terhadap pola gilir sangat penting dalam keberhasilan berkomunikasi. Komunikasi harus berjalan dua arah (ada yang mendengarkan dan ada yang berbicara). Dengan adanya pola gilir diharapkan komunikasi akan seimbang dan berjalan lancar karena adanya proses pergantian bicara sesuai topik pembicaraan atau sesuai keperluan.
Beberapa sikap yang harus dimiliki ketika menerapkan pola gilir dalam berkomunikasi antara lain seperti berikut
1. Menghargai mitra bicara.
2. Peka terhadap kesempatan
3. Sadar akan relevansi pembicaraan
4. Memilih kata yang tepat
C. Penerapan Pola Gilir dalam Berbagai Situasi
Menerapkan pola gilir komunikasi dapat terjadi pada situasi-situasi berikut.
(1) Suasana kehidupan sehari-hari, seperti di rumah tangga, di sekolah, di pasar, di kantor , di
arisan dan sanggar.
(2) Diskusi kelompok, seperti di sekolah dan di kampus, kegiatan pramuka, dan di dunia kerja.
(3) Film atau sinetron
(4) Naskah drama dan pementasan drama

Berikut beberapa contoh penerapan pola gilir dalam berkomunikasi.
1. Penerapan Pola Gilir dalam Diskusi
Diskusi adalah bentuk kegiatan berbicara dalam rangka membahas sesuatu masalah secara teratur dan terarah. Diskusi bertujuan mencari jalan keluar, pemecahan masalah, membuat keputusan, atau simpulan. Untuk dapat memahami pola gilir berkomunikasi dalam satu diskusi, kita harus memahami lebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan diskusi. Hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan diskusi, antara lain sebagai berikut.
a. Unsur-Unsur Diskusi
Unsur-unsur yang terlibat dalam diskusi, adalah sebgai berikut.
(1) Pemimpin/Moderator, bertugas merencanakan dan memper siapkan dengan teliti topik diskusi, membuka diskusi, mengatur jalannya diskusi, serta menutup diskusi.
(2) Sekretaris, bertugas mencatat jalannya diskusi, masalah-masalah yang dilakukan peserta, saran maupun jawaban penyaji dari awal sampai akhir.
(3) Penyaji/pemakalah/pemrasaran, bertugas menyampaikan pembahasan dengan sistematis, mudah dipahami, tidak menyinggung peserta, terbuka, dan bersikap objektif dalam meninjau suatu persoalan.
(4) Peserta diskusi, bertugas menanggapi, memberi masukan, dan lain-lain.

b. Jenis-jenis diskusi
Berdasarkan ruang lingkupnya, diskusi dibedakan seperti berikut.
(1) Diskusi kelompok, adalah jenis diskusi yang biasa dilakukan di
dalam kelas untuk membahas suatu masalah.
(2) Diskusi panel, adalah diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang
(yang disebut panel) yang membahas suatu topik yang menjadi
perhatian umum di hadapan khalayak/pendengar,penonton.
Khalayak diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan
pendapat.
(3) Seminar, adalah pertemuan untuk membahas suatu masalah di
bawah pimpinan ahli (misalnya guru besar atau pakar)
(4) Simposium, adalah pertemuan dengan beberapa pembicara yang
mengemukakan pidato singkat tentang topik tertentu atau tentang
beberapa aspek dari topik yang sama.
(5) Kongres, adalah pertemuan wakil organisasi untuk mendiskusikan
dan mengambil keputuan mengenai pelbagai masalah.
(6) Konferensi adalah rapat atau pertemuan untuk berunding atau
bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
(7) Lokakarya adalah pertemuan antara para ahli atau pakar untuk
membahas masalah praktis atau yang bersangkutan dengan
pelaksanaan di bidang keahliannya.
(8) Sarasehan adalah pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan
pendapat para ahli mengenai suatu masalah dalam bidang

c. Teknik dan Tahapan dalam diskusi
Teknik diskusi berkaitan dengan bentuk dan jenis diskusi. Untuk tatanan sekolah, bentuk diskusi cukup bersifat umum dan sederhana. Susunan tempat duduk dalam diskusi dapat dilihat pada skema berikut.














TUGAS KELOMPOK
1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas 4–5 orang. Kemudian,tetapkanlah masing-masing anggota menjadi pemeran tokoh drama berjudul “Tangis” di atas. Lakonkanlah naskah drama tersebut dengan penghayatan dan penerapan pola gilir yang tepat!
2. Buatlah daftar acara dengan pengantar dan komentar di setiap acara,kemudian 2 orang anggota kelompok menjadi pembawa acara yang membacakan acara dengan menerapkan pola gilir yang tepat.
II. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan pendapatmu mengapa pemahaman konsep pola gilir sangat penting dalam
keberhasilan dalam komunikasi!
2. Jelaskan apa yang dimaksud pola gilir dalam berkomunikasi!
3. Jelaskan beberapa sikap yang harus dimiliki ketika menerapkan pola gilir dalam komunikasi!
4. Jelaskan dalam situasi apa saja kita perlu menerapkan pola gilir!
5. Jelaskan manfaat diskusi!
6. Sebutkan jenis-jenis diskusi yang kamu ketahui!
7. Jelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam diskusi!
8. Jelaskan empat tahap yang harus dilalui dalam diskusi!
9. Carilah penggalan drama. Kemudian, perankan drama tersebut dengan menerapkan pola gilir!
10. Buatlah contoh susunan tempat duduk dalam diskusi dalam bentuk skema!

modul 2.6

MODUL 2.6

Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia tingkat Madia
Kompetensi Dasar :2.6 Membuat parafrasa lisan dalam konteks bekerja
Waktu : 4 jam
Sumber : BSE
Indikator
- Memparafrasakan informasi secara lisan dari hal yang telah dibaca dengan menggunakan bahasa sendiri
- Memparafrasakan informasi secara lisan dari hal yang sudah didengar dengan menggunakan bahasa
sendiri.

A. Pengertian Parafrasa
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, parafrasa adalah seperti berikut.
(1) Pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi
macam yang lain tanpa mengubah pengertiannya.
(2) Penguraian kembali sebuah teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain,
dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.
Parafrasa mengandung arti pengungkapan kembali suatu tuturan atau karangan menjadi bentuk lain namun tidak mengubah pengertian awal.
B. Cara Membuat Parafrasa
Berikut adalah hal yang perlu dilakukan untuk membuat parafrasa dari sebuah bacaan.
(1) Bacalah naskah yang akan diparafrasakan sampai selesai untuk memperoleh gambaran umum
isi bacaan / tulisan.
(2) Bacalah naskah sekali lagi dengan memberi tanda pada bagian-bagian penting dan kata-kata
kunci yang tedapat pada bacaan.
(3) Catatlah kalimat inti dan kata-kata kunci secara berurut.
(4) Kembangkan kalimat inti dan kata-kata kunci menjadi gagasan pokok yang sesuai dengan
topick bacaan.
(5) Uraikan kembali gagasan pokok menjadi paragraf yang singkat dengan bahasa sendiri.
Agar lebih jelas perhatikanlah contoh di bawah ini.


Membuat parafrasa lisan berarti uraian tertulis yang telah dibaca atau yang telah didengar, diungkapkan kembali secara lisan dengan kalimat sendiri dengan menerapkan teknik membuat parafrasa sama seperti di atas.
Teknik membuat parafrasa lisan adalah seperti berikut.
(1) Membaca informasi secara cermat.
(2) Memahami isi informasi secara umum.
(3) Menulis inti atau pokok informasi dengan kalimat sendiri.
(4) Mencatat kalimat pokok atau inti secara urut.
(5) Mengembangkan kalimat inti atau kata-kata kunci menjadi pokokpokok pikiran yang sesuai
dengan tema / topic informasi sumber.
(6) Menyampaikan atau menguraikan secara lisan pokok pikiran tersebut dengan menggunakan
kata atau kalimat sendiri.
(7) Jika kesulitan menguraikannya, hal di bawah ini dapat membantu:
(a) Gunakan kata-kata yang bersinonim dengan kata aslinya.
(b) Gunakan ungkapan yang sepadan jika terdapat ungkapan untuk membedakan dengan uraian
aslinya.
(c) Ubahlah kalimat langsung menjadi tidak langsung atau kalimat aktif menjadi pasif.
(d) Jika berbentuk narasi, bisa menggunakan kata ganti orang ketiga.
C. Memparafrasakan Puisi Menjadi Prosa
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang bentuknya tidak sama dengan prosa atau karangan biasa. Puisi terbagi ke dalam larik-larik atau bait. Pada puisi banyak terdapat kata-kata yang bermakna kias atau konotasi. Oleh karena itu, isi atau tema puisi biasanya tersirat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memparafrasakan puisi menjadi prosa ialah seperti berikut.
(1) Bacalah atau dengarkan pembacaan puisi dengan seksama.
(2) Pahami isi kandungan puisi secara utuh.
(3) Jelaskan kata-kata kias atau ungkapan yang terdapat dalam puisi.
(4) Uraikan kembali isi puisi secara tertulis dalam bentuk prosa dengan menggunakan kalimat
sendiri.
(5) Sampaikan secara lisan atau dibacakan.



D. Pola Penyajian Informasi Lisan
Penyajian atau penyampaian informasi secara lisan dapat menggunakan pola contoh, pola proses, pola sebab akibat, dan pola urutan/kronologis.
I. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!

1. Jelaskan pengertian parafrasa!
2. Jelaskan cara membuat parafrasa!
3. Jelaskan cara membuat parafrasa lisan!
4. Hal apa saja yang dapat diparafrasa!
5. Carilah sebuah puisi, kemudian buatlah parafrasa puisi tersebut!
6. Temukan dialog berupa drama, kemudian buatlah parafrasa dari dialog drama tersebut!
7. Carilah sebuah wacana, kemudian parafrasa wacana tersebut!
8. Jelaskan cara meringkas naskah bila membuat parafrasa tulis!
9. Jelaskan pendapatmu mengapa bila membuat parafrasa tulis, naskah yang akan diparafrasa
harus dibaca sampai selesai!
10. Hal apa sajakah yang dapat digunakan untuk membantu memudahkan parafrsa sebuh wacana
TUGAS MANDIRI :
Agar lebih memahami dan terlatih membuat parafrasa, kerjakanlah tugas berikut:
1. Bacalah bacaan di awal bab ini dengan cermat!
2. Buatlah parafrasanya sesuai dengan langkah-langkah membuat parafrasa.
3. Ungkapkan secara lisan parafrasa tersebut.

Wacana
Pemijahan Ikan Mas Koki Ala Tulungagung Masih Menekankan Kuantitas daripada Kualitas
Siapa pun orangnya pasti sudah tidak asing lagi dengan jenis ikan ini. Mas Koki adalah salah satu ikan hias paling populer sejak dulu. Selain perawatannya mudah, ikan ini juga lebih mudah untuk dipijahkan, asalkan proses pemijahannya benar. Salah satu sentra budi daya ikan hias adalah Kota Tulungagung. Dari kota marmer ini, ribuan mas koki bahkan diekspor ke luar negeri.
Tahap pertama yang paling penting dalam proses pemijahan ikan mas koki adalah pemilihan induk. Jika kita ingin menghasilkan anakan mas koki yang baik, kualitas induk harus benar-benar diperhatikan. Pertamatama, kita harus bisa membedakan mana ikan jantan dan mana ikan betina.
Menurut Sayuti, salah satu peternak ikan mas koki dari Tulungagung, untuk mengetahui ciri-ciri jantan atau betina, cukup melihat sirip bawah bagian depan. Jika mas koki jantan, sirip tersebut akan bertekstur kasar, panjang, bagian tepinya ada gerigi kecil-kecil, dan bentuk tubuhnya langsing. Jika betina, sirip tersebut akan bertekstur halus, pendek, dan bagian tepinya rata serta memiliki bentuk tubuh yang lebih besar daripada mas koki jantan. Induk yang baik hendaknya dipilihkan dari ikan mas koki yang berumur minimal 6 bulan ( kira-kira sebesar kepalan tangan orang dewasa ) dan maksimal 10 bulan karena pada umur itu telur maupun sperma dari induk
dianggap sudah matang dan ikan ini mulai menunjukkan birahinya.


SELAMAT BERLATIH

modul 2.5

MODUL 2.5
Standar Kompetensi : Berkomnikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat madya
Kompetensi Dasar :2.5 Menggunakan secara lisan kalimat tanya/pertanyan dalam
konteks bekrja.
Sumber : BSE
Waktu :4 jam
Indikator
- Mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan topic pembicaraan untuk menggali informasi secara santun
- Mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban ya atau tidak , misalnya untuk memantapkan pema-
haman ( klarifikasi),meminta kepastian ( konfirmasi).
- Menggunakan pertanyaan retorik dengan menerapkan konsep dan ciri kalimat retorik
- Mengajukan pertanyaan secara tersamar dengan kalimat tanya untuk tujuan selain bertanya, seperti: me-
mohon,meminta,menyuruh,mengajak,merayu,menyindir,meyakinkan,atau menyanggah.
A. Pengertian dan Fungsi Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang disampaikan dengan maksud mendapat jawaban berupa informasi, penjelasan, atau pernyataan. Jawaban atas kalimat tanya dapat berbentuk jawaban pendek atau panjang.
Kalimat tanya berfungsi untuk meminta jawaban berupa penjelasan, untuk menggali informasi, untuk klarifikasi, atau konfirmasi. Kalimat tanya juga digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu yang disebut kalimat tanya tersamar. Selain itu, ada juga kalimat tanya yang diajukan tanpa memerlukan jawaban yang disebut kalimat tanya retoris. Pada pelajaran ini, macam-macam kalimat tanya seperti itu akan kita pelajari kembali.
Perhatikan contoh keragaman kalimat tanya berikut.
1. Apakah Anda bersedia ditugaskan di sini? (konfirmasi)
2. Dari semua barang yang ditawarkan ini, mana yang Anda pilih?( pilihan)
3. Di manakah alamat Anda? (menggali informasi tentang tempat)
4. Apakah kita tidak malu menjadi bangsa yang terkenal karena korupsinya?(retorik)
5. Siapa yang tidak hadir hari ini? (menanyakan orang)
6. Bagaimana perasaannya, hanyalah Tuhan yang tahu. (retorik)
7. Diakah orang yang kemarin mencarimu? (klarifikasi)
8. Sudahkah Anda terima kiriman saya kemarin? (konfirmasi)
9. Dapatkah Anda menyelesaikan tugas ini dengan cepat? (menyuruh)
10. Siapakah yang tidak ingin sukses? (retorik)
B. Jenis Kalimat Tanya
Dilihat dari pemakaian secara lisan maupun kalimat, kalimat Tanya dapat dibedakan menjadi kalimat tanya biasa, tanya retoris, kalimat Tanya bertujuan untuk klarifikasi atau konfirmasi, dan kalimat tanya tersamar.
Salah satu ciri kalimat tanya ialah menggunakan kata tanya. Kata Tanya biasanya digunakan untuk pertanyaan yang bertujuan meminta penjelasan atau menggali informasi. Di bawah ini adalah tabel yang berisi macam-macam kata Tanya dan tujuan.



2. Kalimat Tanya Retorik
Kalimat tanya retorik ialah kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban atau tidak mengharuskan adanya jawaban.
Contoh kalimat tanya retorik:
1. Saya tidak habis pikir mengapa dia menolak penugasan itu.
2. Siapa yang bekerja keras, dialah yang akan menjadi orang sukses.
3. Mana mungkin kita mampu membalas jasa kedua orang tua kita.
4. Apakah kita harus kembali dijajah?
5. Bagaimana bisa tugasmu selesai, kerjaanmu hanya bermalas-malasan.
Ciri-ciri pertanyaan retorik:
(1) berbentuk pertanyaan dan penegasan,
(2) terkadang menggunakan kata tanya,
(3) tidak memerlukan jawaban,
(4) orang yang bertanya dan yang ditanya sama-sama mengetahui jawabanya
3. Kalimat Tanya untuk Konfirmasi dan Klarifikasi
Untuk melakukan klarifikasi (penjernihan) maupun konfirmasi
(pembenaran/penegasan), kita perlu mengajukan pertanyaan yang jawabannya cukup perkataan ya atau tidak, atau ya atau bukan. Ada beberapa hal yang menandai bentuk pertanyaan untuk konfirmasi atau klarifikasi, yaitu seperti berikut.
1. Menggunakan informasi tanya dengan menekankan kata-kata yang dipentingkan.
Contoh:
1. Dia yang memukulmu kemarin?
2. Kalau begitu, Bapak yang berada di belakang ini semua?
2. Menggunakan partikel –kah.
Contoh:
1. Inikah yang dinamakan cinta?
2. Anak itukah yang dicari polisi?
3. Menggunakan kata tanya apa atau apakah.
Contoh:
1. Apa Bapak bersedia hadir pada acara peresmian kantor baru?
2. Apakah Anda masih sekolah?
4. Menggunakan kata tidak atau bukan sebagai unsur penegas.
Contoh:
1. Kamu jadi berangkat ke Bandung atau tidak?
2. Minuman ini beralkohol atau bukan?
5. Sebagai penegasan benar tidaknya, menggunakan kata bantu:betul,jadi benar,jadi .
Contoh:
1. Jadi dia yang mendapat rangking satu?
2. Betul kamu yang mengambil uangnya?
3. Jadi benar ayahnya seorang pembunuh bayaran?
4. Benar dia adik kandungmu?
4. Kalimat Tanya Tersamar
Kalimat tanya tersamar adalah kalimat yang berisi pertanyaan yang diajukan secara tidak langsung bukan untuk menggali informasi, klarifikasi, dan konfirmasi melainkan mengandung maksud-maksud lain.
Beberapa model kalimat tanya tersamar antara lain seperti berikut.
a. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan memohon
Contoh:
1. Terima kasih Anda tidak membuang sampah di sini.
2. Tidak keberatan, kan kamu membawa koper ini?
3. Sudikah Anda mampir ke rumahku?
b. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan meminta
Contoh:
1. Masakan Anda kelihatannya lezat sekali?
2. Dapatkah Anda membantu saya hari ini.
3. Bolehkah makanan ini saya cicipi?
c. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyuruh
Contoh:
1. Saya sangat senang jika Anda yang mengerjakan proyek ini.
2. Sebaiknya kamu jangan berangkat sekarang.
3. Maukah adik membantu saya menyelesaikan tugas ini?
d. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan mengajak
Contoh:
1.Bukankah Bapak bersedia untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran dalam kegiatan amal ini?
2. Siapkah Anda berangkat sekarang?
3. Bisakah membuat kopi untuk kakek?
e. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan merayu
Contoh:
1. Kamu orang yang sangat handal dalam mengatasi berbagai masalah.
2. Tentunya Anda yang pantas menduduki jabatan ini.
3. Siapa yang menolak berteman dengan orang sebaik kamu?
f. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyindir (mengkritik, mencela,
mengejek)
Contoh:
Memang ya pekerjaannya luar biasa sulit sehingga kamu bias menyelesaikannya dengan cepat. pekerjaan semudah ini tidak biasa diselesaikan dengan benar.
g. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan meyakinkan
Contoh:
1. Saya rasa kamu mampu mengerjakannya hari ini?
2. Haruskah aku bersumpah agar kamu percaya?
3. Inikah hasil usahamu.
h. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyetujui
Contoh :
1. Saya kira kita sama-sama sependapat bukan?
2. Mana mungkin saya menolak ajakanmu?
3. Anda setuju dengan usulnya, kan?
i. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyanggah
Contoh:
1. Apakah tidak lebih baik kita tanyakan dulu masalah yang
sebenarnya?
2. Kamu ke sini tidak takut dimarahi ayahmu?
3. Mengapa kamu datang lagi ke sini?
j. Kalimat tanya tersamar untuk menawarkan sesuatu
Contoh:
1. Boleh saya bantu?
2. Anda membutuhkan bantuan saya?
3. Masih adakah yang perlu saya bawakan?
C. Mengutarakan Pendapat dengan Kalimat Tanya yang Santun
Teknik atau cara mengajukan pertanyaan adalah seperti berikut.
(1) Pertanyaan yang diajukan harus relevan dengan topik yang akan ditanyakan.
(2) Pertanyaan yang diajukan benar-benar mengesankan keingintahuan terhadap sesuatu yang
menjadi topik pembicaraan.
(3) Pilihlah kata-kata yang baik dan santun agar mendapat respons yang baik dan mendapatkan
jawaban yang memuaskan..
(4) Hindari pertanyaan yang bersifat subjektif/pribadi.
(5) Pertanyaan yang diajukan harus bersifat menggali informasi sebelum berlanjut ke pertanyaan
yang bersifat konfirmasi atau penegasan.
(6) Jika pertanyaan menuntut sebuah tanggapan atau penilaian dari narasumber ada baiknya jika
Pertanyaan diawali dengan kata “menurut pendapat ...”. Misalnya, ”Menurut pendapat
Bapak, bagaimana peranan pemuda dalam memberantas penyalahgunaan narkoba?”
(7) Pertanyaan tidak bersifat memaksa, menekan, atau cenderung bertujuan mencari kesalahan
narasumber.
Contoh:
Berikut ini contoh sebuah wawancara reporter.terlampir
Keterangan :
Konfirmasi adalah penegasan ,pengesahan,dan pembenaran.
Klarifikasi adalah penjernihan,penjelasan,dan pengembalian kepada apa yang sebenarnya.
TUGAS KELOMPOK
1. Bacalah wacana dialog di awal bab bersama teman sebangku Anda dengan penghayatan. Satu orang sebagai pewawancara, satunya lagi sebagai narasumber. Ucapkanlah secara lisan kalimat tanya dengan intonasi yang tepat. Lakukanlah secara bergantian!
2. Analisislah bersama teman Anda, pemakaian kalimat tanya yang terdapat pada naskah drama di atas. Klasifikasikanlah berdasarkan macamnya!
3. Buatlah dialog singkat dengan menggunakan beberapa kalimat tanya!
4. Jelaskanlah kalimat tanya yang Anda gunakan dalam dialog tersebut!

II. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Carilah kalimat pertanyaan yang bersifat retoris dari cerita drama di atas!
2. Temukan kalimat tanya yang bersifat konfirmasi dari cerita drama diatas!
3. Setelah kamu membaca percakapan dalam naskah drama, jelaska topik pembcaraan
dalam naskah tersebut!
4. Adakah sikap-sikap yang menyimpang dari ketentuan dalam menerapkan pola gilir dalam
Berkomunikasi dalam dialog drama tersebut!
5. Buatlah kalimat tanya tersamar dengan tujuan mengajak, menyuruh meminta masing-masing
dua kalimat.

modul 2.4

MODUL 2.4

Standar Kompetensi :Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Madia
Kompetensi Dasar : Membaca untuk memahami makna kata,bentuk kata,ungkapan dan
kalimat dalam konteks bekerja.
Sumber : BSE
Jam : 4 jam
Indikator
- Mengelompokkan kata, bentuk kata, ungkapan, dan kalimat berdasarkan kelas kata dan makna kata.
- Mendaftar kata-kata yang berpotensi memiliki sinonimdan antonim dalam teks bacaan.
- Mengidentifikasi kata (termasuk bentuk kata baru), frasa,kalimat yang dipersolkan kebenaran /ketepatan
berdasarkan paradigm atau analogi.
- Mengidentifikasi kata, frasa, kalimat, atau bentuk kata baru yang perlu dipersoalkan kebenaranya
berdasarkan kaidah atau kelaziman.

A. Klasifikasi Kata Berdasarkan Kelas Kata
Secara umum kelas kata terdiri atas 5 macam, yaitu:
(1) kata kerja (verba)
(2) kata sifat (adjektif )
(3) kata keterangan (adverbia)
(4) kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
(5) kata tugas
B. Klasifikasi Kata Berdasarkan Bentuk Kata
Dari segi bentuknya, kata dapat dibedakan atas empat macam, yaitu :
1. Kata Dasar
2. Kata Turunan
3. Kata Ulang
4. Kata Majemuk.
C. Klasifikasi Kata Berdasarkan Makna Kata
a. Makna denotatif
Makna denotatif ialah makna yang paling dekat dengan bendanya (makna konseptual), atau kata yang mengandung arti sebenarnya.
Contoh:
1. Bunga mawar itu dipetik Sita dan disuntingkan di rambutnya.
2. Untuk menafkahi kedua anaknya, ia menjual sayuran di pasar.
3. Penjual menawarkan barang kepada pembeli.
4. Bajunya basah kuyup terkena keringat.
b. Makna konotatif
Makna konotatif ialah makna kiasan atau diartikan makna yang
cenderung lain dengan benda nyata (makna kontekstual) disebut juga
makna tambahan.
Contoh :
1. Ayahnya mendapat kursi sebagai anggota dewan.kursi artinya jabatan.
2. Hatiku berbunga-bunga setelah anakku mendapat juara pertama.
berbunga-bunga artinya gembira
3. Sekarang ia bekerja di tempat yang basah.
basah artinya selalu menghasilkan uang.
Dalam pengertian lain makna konotasi berkaitan dengan cakupan
makna halus dan cakupan makna kasar.
Contoh cakupan makna halus:
1. Neneknya sudah meninggal dua hari yang lalu.
2. Istri Pak Dadang seorang perawat di rumah sakit pusat.
3. Ibunya Rosita sedang hamil lima bulan.
4. Mari kita doakan para pahlawan yang telah gugur agar arwahnya diterima oleh Allah.
Contoh cakupan makna kasar:
1. Pamannya sudah mampus seminggu yang lalu.
2. Kakakku sedang bunting, dia harus berhati-hati.
3. Bininya seorang dokter.
4. Pahlawan telah mati di medan laga.
c. Makna idiomatik (ungkapan)
Secara umum ungkapan berarti gabungan kata yang memberi arti
khusus atau kata-kata yang dipakai dengan arti lain dari arti yang
sebenarnya.
Contoh:
− ringan tangan = rajin bekerja, suka memukul
− gerak langkah = perbuatan
− dipeti-eskan = dibekukan atau tidak digunakan
− tertangkap basah = terlihat saat melakukan
− gali lubang tutup lubang = pinjam sini, pinjam sana
− banting stir = mengubah haluan
− jantung hati = kekasih
d. Perubahan Makana kata
Kosakata bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.Perkembangan itu terjadi dari pergeseran atau perubahan makna kata.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa perubahan makna kata.
1. Meluas atau generalisasi ialah perubahan makna yang terjadi sehingga menyebabkan cakupan
makna sekarang lebih luas daripada makna kata yang dulu.
Contoh: Bapak,Saudara
2. Menyempit atau spesialisasi ialah perubahan makna yang terjadi sehingga cakupan makna
sekarang lebih sempit daripada makna terdahulu.
Contoh: sarjana,sastra
3. Membaik/Ameliorasi ialah perubahan makna yang terjadi pada suatu kata makna sekarang
lebih baik daripada makna semula
Contoh: Wanita sekarang lebi terhormat daripada perempun.
4. Memburuk/peyorasi ialah makna yang kurang baik daripada dibandingkan makna semula.
Contoh: bini,bunting,gerombolan
5. Sinestesia ialah perubahan makna karena pertukaran tanggapan du indera yang berbeda.
Contoh: lembut,pedas
6. Asosiasi ialah perubahan makna kata karena persamaan sifat.
Contoh: amplop,kursi,lampu kuning
2. Makna Kata Berdasarkan Hubungan Antarmakna
Makna kata berdasarkan hubungan antarmakna terdiri atas sinonim,antonym, dan hiponim.
a. Sinonim
Sinonim ialah pasangan kata atau kelompok kata yang mempunyai arti mirip atau hampir sama.
Contoh sinonim dengan kata yang sama maknanya :
− Bung Hatta telah wafat. (telah = sudah)
− Kita merdeka karena jasa Bung Hatta. (karena = sebab)
− Bung Hatta sangat berjasa. (sangat = amat)
b.Antonim
Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya/berlawanan artinya.
Contoh:
a) Sejak sakit batuk, ia pantang minum es.
Ia harus meminum obat itu sesuai yang dianjurkan oleh dokter.
b) Aksi penebangan pohon merupakan perusakan hutan.
Pemerintah menghimbau agar warga melestarikan hutan.
c) Kadang-kadang ia berlatih seminggu sekali.
Nasihat orang tuanya seringkali tidak didengarnya.
d) Perkembangan anak itu sangat lambat.
Dengan tangkasnya, ia menendang bola ke mulut gawang.

c. Hiponim
Hiponim ialah kata yang memiliki hubungan hierarkis denganbeberapa kata yang lain. Hubungan hierarki ini terdiri atas satu kata yangmerupakan induk (hipernim), yang memiliki semua komponen makna kata lainnya yang menjadi unsur bawahannya (hiponim). Proses hiponim dan hipernim menimbulkan istilah kata umum dan kata khusus.
CONTOH:
1. Pukul 07.00 WIB bel berdering cukup keras.
Berdering (kata khusus), biasanya digunakan untuk bunyi bel. Kata umumnya ialah bunyi. Kata bunyi bisa digunakan untuk semua suara benda/sesuatu.
2. Untuk menyambut tahun baru, Ibu merangkai melati dan mawar. Kata melati dan mawar merupakan kata khusus. Kata umumnya ialah bunga.

D. Pemakaian Kata , Frasa, dan Kalimat yang Kurang Tepat.

Dalam kegiatan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan,adakalanya pemakai bahasa tidak cermat memilih kata yang dituangkannya di dalam kalimat. Akibatnya, kalimat yang diungkapkan tidak tepat atau tidak sesuai dengan kaidah yang benar. Kesalahan itu dapat terjadi pada penggunaan bentuk kata (proses morfologi), pemakaian kelompok kata pemilihan ungkap, atau keefektifan kalimat.
Dalam bentuk lisan, kesalahan itu terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut.
1. Kesalahan penggunaan imbuhan (bentuk kata).
Contoh :
a. Pintu masuk SMK 3 akan diperlebarkan. (salah)
Pintu masuk SMK 3 akan dilebarkan atau Pintu masuk SMK 3 akan diperlebar(benar)
b. Jangan dibiasakan mengenyampingkan masalah itu. (salah)
Jangan dibiasakan mengesampingkan masalah itu. (benar)
c. Rudi sedang mencat pagar rumahnya. (salah)
Rudi sedang mengecat pagar rumahnya. (benar)
2. Ketidaktepatan pemakaian frasa (kelompok kata).
Contoh :
a. Untuk sementara waktu siswa tidak bias praktik krena ruangan sedang direnovasi (salah)
Untuk sementara siswa tidak bisa praktik karena ruangan sedangdirenovasi ( benar )
b. Bus Parahiyangan sudah dinyatakan laik darat. (salah)
Bus Parahiyangan sudah dinyatakan laik jalan. (benar)
3. Kesalahan kalimat
a. Di dalam darah orang itu mengandung virus HIV. (salah)
Darah orang itu mengandung virus HIV. (benar)
b. Untuk peningkatan mutu pendidikan dari sekolah swasta dimana memerlukan ketekunan
dan keuletan para pamong ( salah )
Untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah swasta diperlukan ketekunan dan
dan keuletan para pamongnya (benar)

Kesalahan juga banyak terjadi akibat penggunaan bentukan kata atau frasa yang baru yang tidak lazim atau tidak benar secara kaidah bahasa.
Ketidaktepatan bentukan kata atau frasa juga dapat disebabkan kesalahan secara/analogi.
Perhatikanlah contoh di bawah ini.
a. pertanggungan jawab dalam kalimat “Laporan pertanggungan jawabgubernur telah diterima sebagian besar anggota dewan.” (tidak tepatsecara kaidah/tidak lazim) seharusnya pertanggungjawaban.
b. goreng pisang dalam kalimat “Ia membeli goreng pisang untuk adiknya.”(tidak tepat secara kaidah/tidak lazim ) seharusnya pisang goreng.
c. pengangguran dalam kalimat “Ia menjadi pengangguran setelah perusahaannya bangkrut.” (salah secara analogi) seharusnya penganggur
dari kata menganggur (verba)-penganggur (nomina)-pengangguran(nomina proses)
d. ruang rokok untuk ruang khusus merokok (tidak lazim) meskipun dianalogikan kepada ruang tunggu untuk ruang khusus menunggu.
e. Bentuk kata pemelajaran, tidak tepat secara analogi, sebab kata tersebutberasal dari kata belajar yang diberi imbuhan pe-an, seperti kata berhentimenjadi pemberhentian.
f. Kata penglepasan, pada kalimat “ Penglepasan siswa kelas XII dimeriahkandengan kegiatan pentas seni dari siswa-siswi.” Tidak tepat secaraanalogi, sebab kata dasarnya lepas, jika diberi imbuhan pe-an, menjadi pelepasan.
Untuk membuat kalimat yang cermat, kita harus memahami ciri kalimat efektif. Kalimat yang baik atau efektif mempunyai ciri-ciri seperti berikut.
a. Kepadanan
− Memiliki S dan P dengan jelas.
(di depan S tidak boleh ada kata depan dan di depan P tidak boleh ada kata penghubung yang)
Contoh:
(1) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah ( benar)
(2) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah ( salah )
− Tidak terdapat S ganda.
Contoh:
(1) Dia pulang setelah dia membeli berbagai kebutuhan. (salah)
(2) Dia pulang setelah membeli berbagai kebutuhan. (benar)
− Kata penghubung intra kalimat tidak dipakai dalam kalimat tunggal.
Contoh:
(1) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama(salah)
(2) Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapatmengikuti acara pertama (benar)
b. Keparalelan
Persamaan bentuk kata digunakan dalam kalimat yang mengandung rincian.
Contoh:
(1) Harga minyak dibekukan dan dinaikkan secara bertahap (benar)
(2) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara bertahap.
c. Kehematan
Kehematan menggunakan kata atau frasa
− Menghindarkan penjamakan bentuk jamak
Contoh:
(1) Para tamu-tamu mencicipi hidangan yang disediakan. (salah)
(2) Para tamu mencicipi hidangan yang disediakan. (benar)
− Penggunaan kata-kata yang berlebihan.
Contoh:
(1) Ia memakai baju warna merah. (salah)
(2) Ia memakai baju merah. (benar)
d. Kepaduan (tegas dan lugas)
− Hindarkan kalimat bertele-tele.
Contoh:
(1) Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita, orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar
dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang dil dan beradab (salah)
(2) Kita harus dapat mengembalikan kepribadian kita yang sudah ke luar dari rasa kemanusiaan dan dari kepribadian manusia Indonesia yang adil dan beradab.
e. Kecermatan
Kecermatan pemakaian kata, penulisan kata, penggunaan tanda baca.
Contoh : Dua puluh lima ribuan.
Bisa diartikan dua puluh lima lembar uang ribuan (Rp 25.000,-)
Atau
Dua puluh lembar uang, lima ribuan.
TUGAS MANDIRI
Agar Anda lebih memahami materi pelajaran ini, kerjakanlah tugas berikut.
1. Bacalah bacaan atau artikel di awal bab ini.
2. Daftarkanlah kata yang terdapat dalam bacaan berdasarkan kelas katanya.
3. Carilah kata yang bermakna denotatif, konotatif, dan berbentuk ungkapan.
4. Daftarkanlah kata yang bersinonim.
5. Tulislah antonim dari kata bersinonim pada no. 4.
6. Tulislah kalimat yang menurut Anda kurang tepat pemakaian kata atau frasanya.
Lalu ,perbaikilah kalimat tersebut.

II. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Carilah kata-kata yang bersinonim dalam wacana di atas!
2. Carilah kata-kata berantonim dalam wacana tersebut!
3. Adakah pemakaian kata, kelompok kata, atau idiom yang kurang tepat,Jika ada perbaikilah
Sehingga menjadi tepat!
4. Adakah penggunaan kata berkonotasi dan berdenotasi dalam wacana tersebut?
Kelompokkanlah mana kalimat yang bermakna denotasi dan yang bermakna konotasi.!
5. Sebutkan jenis-jenis ungkapan!
6. Buatlah masing-masing dua kalimat yang menggunakan kata umum dan kata khusu!
7. Carilah 5 contoh pembentukan kata yang dipengaruhi oleh imbuhan asing!
8. Jelaskan penyebab terjadinya kesalahan penggunaan kalimat dalam bentuk lisn dan tulisan!
9. Jelaskan klasifikasi kata berdasarkan kelas kata!
10. Perbaikilah kalimat berikut agar menjadi kalimat yang benar!
− Banyak murid-murid pergi berdarma wisata ke Bali.
− Pacar saya paling tercantik sendiri di kota ini.
− Yang naik sepeda jalannya pelan-pelan dikarenakan banyak anak-anak.
− Peristiwa itu terjadi disebabkan karena kekurangwaspadaan kita.


Selamat Mengerjakan!
Terlampir :
Wacana

Kebiasaan Lama Kurangi Sampah Plastik
Kebiasaan lama tak selalu jelek. Bahkan ada yang ramah lingkungan.Sewaktu kecil, sampai awal tahun 1980-an, kita masih terbiasa melihat nenek atau ibu-ibu tetangga ke pasar tradisional membawa tas sendiri yang terbuat dari anyaman pandan atau tas kain. Sejalan merebaknya pasar swalayan yang menyediakan tas belanja plastik sebagai layanan bagi pelanggan sekaligus promosi, kebiasaan itu menghilang. Ritual belanja memang jadi lebih praktis, namun menimbulkan masalah lain: gunungan sampah!
Padahal, tahukah Anda, plastik itu terbuat dari minyak bumi yang
jumlahnya makin hari makin terbatas? Jadi “Bring your own bag.” Ini kampanye dari toko pernik interior IKEA di Singapura. Sejak Hari Bumi 22 April 2007, mereka tak lagi menyediakan tas belanja plastik. Para pelanggan diberi pilihan membawa tas belanja sendiri, beli tas belanja dari belacu dengan rancangan cantik seharga Sin $ 1,2 (setara Rp 12.000), atau membeli tas plastik seharga 5 atau 10 sen dolar Singapura, bergantung pada ukurannya. Jadi, kampanye pengurangan penggunaan plastik bukan hanya untuk mengurangi gunungan sampah, tapi juga menghemat BBM.
Di pertigaan Rawa Belong, Jakarta Barat, tiap sore hingga malam bias kita temui warung
tenda “Bubur Ayam Lumayan Bang Tatang.” Bubur nasi kental dengan tumpukan suwiran ayam ini laris manis. Tak kalah laris, cara Bang Tatang menyiapkan bubur bagi pelanggannya yang antre sampai keluar tenda. One man show, ia menjejerkan 20 mangkuk kosong sekaligus, dengan gerakan cepat, dalam tempo 5 menit, semuanya sudah terhidang di hadapan pelanggan.
“Bawa tempat sendiri, saya tak menyediakan plastik, repot dan lama melayaninya!”
katanya dengan nada ketus tiap kali pelanggannya pesan untuk dibawa pulang. Sombong! Begitulah komentar pembeli yang baru pertama kali berkunjung. Tapi bila dipikir-pikir, “kesombongan” Bang Tatang adalah perilaku baik yang ramah lingkungan.
Dulu, bila ingin membeli bakso, soto, atau es kelapa muda di pojok jalan, banyak di antara kita yang membawa mangkuk sendiri. Sekarang, pemandangan semacam itu nyaris tak pernah ada. Yang umum justru banyak yang memanfaatkan kantong plastik. Idealnya, kita harus membawa rantang susun sendiri bila membeli makanan untuk dibawa pulang dari restoran. Tindakan ini untuk mengurangi sampah styrofoam dan plastik. Bukankah sekarang, wadah makanan banyak yang dirancang cantik? Dijamin tak bakal bikin malu.
Kampanye penggunaan tas bukan plastik sendiri sebenarnya sudah cukup lama ada di Indonesia. Pusat perkulakan Makro, misalnya, saat mulai beroperasi di Indonesia tak menyediakan tas belanja. Pelanggan dipersilakan mengangkut belanjaan dalam kemasan karton aslinya, sedangkan perusahaan tata rias The Body Shop sempat mengadakan kampanye Reuse Reduce Recycle dengan memberikan potongan harga bagi pelanggannya, yang mengisi ulang produk dengan membawa wadah lama. Namun, kurangnya peminat membuat The Body Shop mengubah strategi. Tak lagi menerima wadah lama, tapi mengganti bahan wadah dengan materi yang lebih cepat terurai di alam.
Untuk mengurangi gunung sampah plastik dan menghemat BBM, kembalilah pada kebiasaan lama, membawa wadah sendiri untuk jajanan dan belanjaan kita.
(Sumber :Intisari,,Juli 2007)

modul 2.3

MODUL 2.3

Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Madia
Kompetensi Dasar :2.3 Memahmai perintah kerja tertulis
Sumber : BSE
Waktu : 4jam
Indikator
- Mengenali informasi yang berkaitan dengan budaya kerja yang berlaku di tempat kerja.
- Merencanakan tindak lanjut perintah berdasarkan catatan yang dibuat pada waktu membaca informasi
dari perintah kerja tertulis.
- Membuat bagan/prosedur kerja berdasarkan perintah kerja tertulis.
- Mengonfirmasikan rencana kegiatan yang akan dilakukan (secara lisan/tulisan) kepada pemberi peintah.

A. Mengenal Bentuk Perintah Kerja Tertulis
Banyak bentuk aturan atau petunjuk yang dapat ditemukan dalam kehidupan kita. Baik di lingkungan rumah tangga, sekolah, masyarakat,di tempat pekerjaan, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Bentuk perintah dapat disampaikan secara lisan ataupun tertulis. Perintahlisan biasanya menuntut respon/tindakan langsung sehingga munculvariasi kalimat perintah, sedangkan bentuk perintah tertulis umumnyabersifat tidak langsung.
Karena pekerjaan berkaitan denganadministrasi dan dokumentasi, bentuk petunjuk dan pedoman lebih banyakdiwujudkan secara tertulis dalam bentuk surat.
Berdasarkan jenisnya, bentuk perintah tertulis dapat dibedakan menjadi:

(1) himbauan/larangan, misalnya himbauan menjadi akseptor RB, larangan membuang sampah
(2) petunjuk, misalnya petunjuk penggunaan suatu barang;
(3) Peraturan, misalnya peraturan berlalu lintas, peraturan waktu berkunjung:
(4) pedoman, misalnya pedoman penulisan karya ilmiah;
(5) undang-undang, misalnya undang-undang tentang penyalahgunaan narkoba ,undang-undang
pendidikan.

B. Model-Model Surat Berisi Perintah Kerja
Surat adalah suatu alat atau sarana komunikasi tertulis. Surat dipandangsebagai alat komunikasi tertulis yang paling efisien, efektif, ekonomis, danpraktis. Selain itu, surat juga berfungsi sebagai alat bukti tertulis, alat buktihistoris, alat pengingat, duta organisasi, dan pedoman kerja.

1. Surat Perintah
Surat perintah adalah surat yang berisi perintah dari pimpinan kepada bawahan yang berisi petunjuk yang harus dilakukannya. Surat perintah berlaku sementara dan berakhir setelah tugas yang diperintahkannya selesai dilaksanakan serta melaporkan hasil pekerjaan tersebut kepada pimpinan.
Surat perintah terdiri atas:
(1) kepala surat
(2) pembukaan
(3) isi surat perintah
d. kaki surat/bagian akhir surat.


2. Surat Edaran
Surat edaran adalah surat pemberitahuan tertulis yang ditujukan kepadapejabat/pegawai. Surat edaran ini berisi penjelasan mengenai sesuatu hal,misalnya kebijakan pimpinan, petunjukmengenai tata cara pelaksanaan,atau peraturan perundang-undangan.
Ada dua macam bentuk dan sifat surat edaran, yaitu surat edaran
umum dan surat edaran khusus. Surat edaran umum ditujukan kepadaorang banyak atau umum. Surat edaran khusus ditujukan kepada orangataupejabat tertentu dan seperti surat dinas biasa.
Surat edaran terdiri atas unsur-unsur berikut.
(1) Kepala surat edaran bertuliskan nama perusahaan dan identitasnya.
(2) No, hal, lampiran, tanggal surat, dan alamat tujuan surat.
(3) Perkataan ”Edaran” biasanya ditulis di tengah
(4) Isi surat edaran: Salam pembuka, isi surat, dan penutup surat
(5) Kaki surat: salam penutup serta nama penanggung jawab surat edaran.





3. Surat Pengumuman
Pengumuman berasal dari kata ”umum”, mendapat konfiks pe-an danbunyi sengau ng. Kata dasar umum mempunyai arti seluruh atau orangbanyak. Mengumumkan berarti memberitahukan atau memaklumkan.Pengumuman berarti pemberitahuan kepada orang banyaktentangsesuatumasalah, agar diketahui dan dilaksanakan oleh orang banyakyang berkepentingan. Berdasarkan sifat dan asalnya, pengumuman dapatdibedakan menjadi tiga, yaitu seperti berikut.
(1) Pengumuman lisan, yaitu disampaikan secara oral komunikasi,
penyampaiannya dapat melalui pesawat telepon atau pengeras suara
(sound system).
(2) Pengumuman tertulis, yaitu pengumuman dalam bentuk tulisan, yang
disampaikan melalui telegram, surat kawat, telex, surat kabar, majalah,
papan pengumuman, dan lain-lai

(3) Pengumuman dari instansi dan surat pengumuman bukan dari instansi.

Surat pengumuman merupakan surat yang berisi pemberitahuantentang masalah yang perlu diketahui oleh siapa saja yang berkepentingansesuai dengan pengumuman tersebut.
Surat Pengumuman dapat disebarkan dengan beberapa cara, diantaranya:

(1) menyebarkannya sebagai surat edaran,
(2) memasangnya di papan-papan pengumuman, dan
(3) memasangnya di koran-koran sebagai iklan.

4. Memo atau Memorandum
Memorandum biasa digunakan untuk surat-menyurat secara intern dalam lingkungan kantor.
Memo dibuat oleh atasan kepada bawahan atauantara pejabat yang setaraf. Isi memo singkat, sederhana, dan mudah agarcepat dipahami. Memo umumnya berisi peringatan,arahan,penerangan,perintah, pertanyaan, dan lain sebagainya.
Penulisan memo dapat ditik atau ditulis tangan. Isi memo umumnya tidak lebih dari 10 baris.
Bagian-bagian memorandum meliputi sebagai berikut:

a. Ciri Bentuk
Terdiri atas dua bagian, yaitu kepala memo dan isi memo. Kepala memo berisi:
(1) pihak yang dituju
(2) pengirim memo
(3) perihal memo
(4) tanggal pengirim memo
(5) paraf dan nama pengirim
b. Ciri Isi
Isi memo disampaikan dengan bahasa singkat. Penulisan memo haruslangsung menyampaikan pesan atau perintah dengan kalimat pendekdan tegas. Karena peredarannya yang terbatas, memo biasanya tidak mencantumkan identitas kantor.
Bacalah contoh memo berikut ini dan perhatikan ciri-cirinya:







Contoh 1

I. Bila Anda telah mencermati contoh memo di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Ditujukan kepada siapa memo di atas?
2. Siapa pengirim memo tersebut?
3. Apa isi perintah kerja tertulis pada memo di atas?
4. Apakah pesan yang disampaikan memo itu singkat dan jelas?
5. Berdasarkan pengamatanmu unsur-unsur apakah yang menjadi cirri khas memo?
6. Sebutkan kekurangan dari memo di atas! Jelaskan!
7. Apa yang dimaksud dengan disposisi?
8. Sebutkan macam-macam pengumuman!
9. Apa perbedaan surat edaran dan surat perintah?
10. Buatlah perintah kerja berbentuk manual!

II. Buatlah surat edaran,pengumuman dan surat memorandum!

modul 2.2

Modul 2.2

Standar Kompetensi :Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Madia
Kompetensi Dasar : 2.1 Menyimak untuk memahami perintah yang diungkapkan
atau yang tidak dalam konteks bekerja.
Waktu : 4 Jam
Sumber :BSE
Indikator
- Merumuskan kembali isi perintah (secara lisan maupun tulisan)
- Menuliskan kembali isi perintah dalam bentuk kerangka atau bagan.
- Menyebutkan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan isi perintah secara lisan / tertulis
- Mengonfirmasikan kebenaran rencana kegiatan yang telah direncanakan dengan rencana pemberi
perintah.

Pada bab ini, kita akan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan perintah kerja dari penjelasan mengenai pengertian serta ciri kalimat perintah, jenisjenis kalimat perintah, dan berbagai respons terhadap perintah.

A. Pengertian dan Ciri Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang berisi perintah kepada orang lainuntuk melakukan sesuatu atau kalimat yang dipakai untuk mendapatkantanggapan sesuai dengan kehendak penuturnya.
Ciri-ciri kalimat perintah adalah seperti berikut.
1. Menggunakan partikel –lah.
Contoh:
1. Pergilah dari sini!
2. Cepatlah kamu mandi!
3. Bantulah adikmu!
2. Berpola kalimat inversi (PS).
Contoh :
1. Ambilkan buku itu!
2. Santaplah makanan itu!
3. Menggunakan tanda seru (!) bila digunakan dalam bahasa tulis.

3. Menggunakan tanda seru (!) bila digunakan dalam bahasa tulis.
Contoh:
1. Pergilah dari sini!
2. Ayo masuk!
3. Pulanglah!
4. Kalimat perintah jika dilisankan berintonasi menaik di awal dan
berintonasi rendah di akhir.
Contoh:
1. Bawa barang-barang itu kemari!
2. Selesaikan tugasmu!




B. Jenis-Jenis Kalimat Perintah
1. Kalimat Perintah Biasa
Contoh
1. Masukkan barang-barang ini ke dalam bagasi mobil!
2. Antarkan surat ini kepada Pak RT sekarang juga!
2. Kalimat Perintah Ajakan
Contoh:
1. Marilah kita gunakan tekstil buatan dalam negeri demi menyukseskan program pemerintah.
2. Ayolah bersenam pagi setiap hari agar badan kita menjadi sehat.
3. Kalimat Perintah Larangan
Contoh:
1. Jangan membuang sampah di sini. 2. Kalimat Perintah Ajakan
Contoh:
1. Marilah kita gunakan tekstil buatan dalam negeri demi menyukseskan
program pemerintah.
2. Ayolah bersenam pagi setiap hari agar badan kita menjadi sehat.
3. Kalimat Perintah Larangan
Contoh:
1. Jangan membuang sampah di sini.
2. Jangan dekati tempat itu.
4. Kalimat Perintah Permintaan/Larangan
Contoh:
1. Saya berharap Anda hadir di acara itu.
2. Saya minta kerjakan tugasmu tepat waktu.
5. Kalimat Perintah Permohonan
Contoh:
1. Saya mohon kamu bisa datang di acara pesta ulang tahunku.
2. Kami mohon kepada-Mu, ya Tuhan, tunjukkanlah jalan yang lurus yang Engkau ridhoi.
6. Kalimat Perintah Pembiaran
Contoh:
1. Biarlah aku yang membawa barang itu.
2. Biarkan dia pergi sendiri.
7. Kalimat Perintah Sindiran
Contoh:
1. Maju kalau kamu berani
2. Ambil saja kado yang kauberikan kalau kau tidak malu
terhadapnya.
8. Kalimat Perintah yang Menuntut Proses atau Langkah Kerja
Contoh:
1. Urutlah dari nomor kecil hingga nomor yang besar.
2. Susunlah sehingga membentuk lingkaran penuh.
9. Kalimat Perintah yang halus.Berbentuk Kalimat Berita Kalimat perintah beragam jenisnya mulai dari yang kasar sampai yang halus.
Bahkan karena halusnya sering orang tidak menyadari bahwa hal tersebut berupa perintah.
tersebut berupa perintah.
Kalimat perintah dapat diperhalus dengan menggunakan unsur-unsur berikut.

1. Menggunakan kata-kata seperti mohon, tolong, sudilah, harap, silakan,
hendaknya, sebaiknya.
Contoh:
1. Mohon kembalikan buku itu di meja saya.
2. Silakan masuk.
3. Tolong buatkan kopi untuk Ayah.
4. Hendaknya kamu pulang sekarang.
5. Harap datang tepat waktu
6. Sebaiknya cepat bawa adikmu ke rumah sakit.
7. Sudilah Anda membantu saya menyelesaikan tugas ini.
Contoh:
1. Hendaknya Anda bersedia menjadi pengurus kegiatan itu.
2. Terima kasih Anda tidak menolak untuk menjadi pembawa acara pada malam reuni nanti.

2. Menggunakan partikel –lah.
Contoh:
1. Berangkatlah lebih halus daripada berangkat.
3. Pengubahan ke struktur tanya.
Contoh:
− Apakah tidak ada petugas piket yang menghapus papan tulis?
4. Pengubahan ke struktur berita.
Contoh:
− Panitia sangat gembira jika Bapak/Ibu berkenan hadir pada acara perpisahan.

C. Berbagai Respons terhadap Perintah
Langkah yang perlu kita tempuh dalam menanggapi perintah adalah
sebagai berikut.
(1) Membaca kembali isi perintah secara hati-hati, teliti, dan saksama.
(2) Merumuskan/menuliskan kembali isi perintah.
(3) Isi perintah ditulis dalam bentuk kerangka/bagan sehingga mudah dipahami.
(4) Membuat perencanaan dalam bentuk kerangka/tabel/bagan segala kegitan yang akan
dilakukan dalam rangka memenuhi perintah
(5.) Meminta konfirmasi kepada pemberi perintah akan ketepatan rencana kegiatan yang telah
disusun.

Contoh:
1. Pengurus OSIS mencatat isi instruksi/perintah Pembina OSIS sebagai berikut.
a. Membuat kepanitiaan kegiatan bazar-amal.
b. Membuat proposal kegiatan.
c. Membuat jadwal kegiatan.
d. Membuat bagan atau struktur kerja.
e. Menghubungi pihak yang terkait dengan kegiatan.
f. Menggalang dana dengan menghubungi sponsor untuk meminta dukungan.
g. Sosialisasi kegiatan kepada siswa dan komite sekolah.
h. Klarifikasi dan konfirmasi.

2. Ketua OSIS beserta panitia kegiatan mengonfirmasikan informasi perintah kepada Pembina OSIS dengan mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan dengan persiapan
dan perencanaan yang sudah dan akan dilakukan agar langkah kerja tidak menyimpang.
Pertanyaan untuk konfirmasi dapat seperti berikut.
(1) Apakah yang sudah dilakukan sesuai dengan perintah?
(2) Apakah semua rencana sesuai dengan harapan?
(3) Siapa saja yang akan diundang?
(4) Berapa banyak sponsor yang akan dilibatkan?
(5) Biaya yang disiapkan sudah cukup atau kurang?
(6) Acara sesuai dengan tema?
(7) Dan sebagainya:
I. TUGAS KELOMPOK
Bentuklah kelompok terdiri atas 4-5 orang. Anggap saja setiap
kelompok diperintahkan oleh pembina OSIS/kepala sekolah untuk
melaksanakan kegiatan (penentuan jenis kegiatan diserahkan pada
kelompok). Lalu, setiap kelompok melakukan langkah-langkah berikut.
1. Rumuskanlah hal-hal yang akan dilakukan oleh tim kerja!
2. Susunlah agenda atau jadwal kerja panitia!
3. Buatlah struktur kerja berbentuk bagan!
4. Susunlah daftar pertanyaan untuk konfirmasi!
5. Presentasikanlah di depan kelas semua langkah kerja tersebut!
Kelompok lain mengomentari.
( Ilustrasi bisa dikembangkan di luar sekolah, misalnya di lingkungan kantor/RT/RW)
II. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan pengertian kalimat perintah!
2. Sebutkan ciri-ciri kalimat perintah!
3. Buatlah dua contoh kalimat berita dan ubahlah menjadi kalimat perintah!
4. Buatlah contoh kalimat perintah sindiran!
5. Sebutkan langkah-langkah yang ditempuh dalam menanggapi perintah agar respons yang
dilakukan tidak menyimpang dari isi perintah!
6. Buatlah contoh kalimat perintah pembiaran!
7. Buatlah contoh kalimat perintah himbauan!
8. Buatlah contoh kalimat perintah berpola inverse!
9. Buatlah contoh kalimat perintah larangan!
10. Buatlah kalimat perintah dengan nada bersahabat!

Selamat berlatih!

online