ISMIYATI

modul 2.13

MODUL 2.13
Standar Kompetensi : Berkomunikasi dngan bahasa Indonesia setara tingkat madia
Kompetensi Dasar : Meringkas dan menyimpulkan teks tertulis dalam konteks bekerja
Sumber : BSE
Waktu : Jam
Indikator
- Mencatat butir-butir informasi yang akan diringkas dalam bentuk skema atau bagan
dalam bahasa yang lugas dan jelas
- Menghitung jumlah kalimat yang menjadi isi ringkasan sesuai dengan rumus meringkas
yang baku
- Menyusun ringkasan teks secara jelas dalam bahasa yang baik dan benar
- Menyimpulkan suatu teks dengan menggunakan kalimat yang tidak
ambigu,jelas,lugas,dan bernalar.

Bab ini membahas materi tentang cara membuat ringkasan dari teks tertulis dalam bentuk uraian dalam bahasa yang baik dan benar serta ringkasan berbentuk skema atau bagan dengan bahasa yang lugas. Pada bab ini pun, kita belajar membuat simpulan. Setelah pembelajaran ini, kita diharapkan mampu menyusun ringkasan dengan bahasa yang baik dan benar serta dapat menyimpulkan teks dengan jelas dan benar

A. Pengertian Ringkasan
Ringkasan (precis) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan karangan yang panjang dalam sajian yang singkat. ”Precis” berarti ”memotong” atau ”memangkas”. Sebuah ringkasan bermula dari karangan sumber yang panjang, yang kemudian dipangkas dengan mengambil hal hal atau bagian yang pokok dengan membuang perincian serta ilustrasi.
Meskipun begitu, sebuah ringkasan tetap mempertahankan pikiran pengarang serta pendekatannya yang asli. Jadi, ringkasan merupakan keterampilan mereproduksi hasil karya yang sudah ada dalam bentuk yang singkat.
Ringkasan berbeda dengan ikhtisar. Walaupun kedua istilah itu sering disamakan, tapi sesungguhnya keduanya berbeda. Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli namun tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang asli. Ikhtisar sebaliknya, tidak perlu mempertahankan sistematika penulisan sesuai dengan aslinya dan tidak perlu menyajikan isi dari seluruh karangan itu secara proporsional. Dalam ikhtisar, penulis dapat langsung mengemukakan pokok uraian, sementara bagian yang dianggap kurang penting dapat dibuang

B. Cara Membuat Ringkasan
Ada beberapa cara yang dapat dijadikan pegangan dalam membuat ringkasan yang baik dan teratur, yaitu sebagai beriku.
1. Membaca Naskah Asli
Penulis ringkasan harus membaca naskah asli secara keseluruhan beberapa kali untuk mengetahui kesan umum, maksud pengarang, serta sudut pandangnya.
2. Mencatat Gagasan Utama
Semua hal yang menjadi gagasan utama atau gagasan penting digarisbawahi atau dicatat.
3. Membuat Reproduksi
Menyusun kembali suatu karangan singkat berdasarkan gagasangagasan penting yang dicatat tadi.
4. Ketentuan Tambahan
Ada ketentuan tambahan selain ketiga cara di atas, yaitu sebagai
berikut.
a. Lebih baik menggunakan kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
b. Ringkaslah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata, gagasan panjang menjadi gagasan
sentral saja. Bahkan, jika tidak diperlukan sebuah paragraph dapat dipangkas atau dibuang.
c. Semua paragraf ilustrasi yang dianggap penting harus dipersingkat atau digeneralisasi.
d. Bila mungkin, semua keterangan atau kata sifat dibuang.
e. Dalam ringkasan, tidak ada pemikiran atau interpretasi baru dari penulis ringkasan.
f. Ringkasan dari sumber asli yang berupa naskah pidato atau pidato langsung, penggunaan kata
ganti orang pertama tunggal atau jamak harus ditulis dengan sudut pandang orang ketiga.
g. Sebuah ringkasan umumnya ditentukan dari panjang ringkasan finalnya, misalnya 150 atau
200 kata bergantung pada permintaanya.
C. Beberapa Contoh Bentuk Ringkasan
Ringkasan dapat disusun dalam dua bentuk, yaitu bentuk verbal uraian (paragraf) dan bentuk nonverbal berupa bagan atau skema. Meskipun ringkasan berbentuk bagan atau skema, tetapi harus mencerminkan gagasan atau seperti yang diungkapkan oleh teks sumbernya. Sebelum membuat bagan atau skema, harus dicatat terlebih dulu butir-butir informasi yang akan dijadikan unsur-unsur bagan atau skema.
Perhatikan beberapa contoh teks dan ringkasannya di bawah ini!
Jumlah pemudik lebaran diperkirakan sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian, lonjakan arus penumpang lebaran diantisipasi naik 10-15% agar jangan sampai kekurangan sarana angkutan. Untuk itu, diharapkan arus pulang mudik lebaran sudah mulai berlangsung jauh sebelum puncak lebaran. Kalau semua ramai-ramai pulang menjelang
lebaran, bisa-bisa pemudik akan menumpuk di terminal. Meskipun akhirnya terangkat juga, hal itu memberi kesan seolah-olah kekurangan sarana. Padahal, sebetulnya cukup memadai.
Sarana angkutan dari jauh-jauh hari sudah dipersiapkan. Angkutan bus betul-betul menjadi tulang punggung di saat-saat seperti ini karena lebih dari separuh calon pemudik diperkirakan akan terangkut oleh bus. Sementara hanya 1/3 dari seluruh pemudik dari Jakarta dan sekitarnya diperkirakan menggunakan jasa KA
Angkutan bus jarak jauh tidak ada masalah. Perusahan angkutan bus sudah mampu menyediakan dalam jumlah bsar. Mesti begitu pemerintah tetap mempersiapkan juga. Tinggal masalah lancar dan tidaknya saja di perjalanan . Masalah yang satu ini jelas sangat ditentukan oleh disiplin bersama. Baik disiplin aparat, penyelenggara, maupun pemakai jalan meski fasilitasnya cukup, kalau lalu lintas macet, apalah artinya.
menyediakan dalam jumlah bsar. Mesti begitu pemerintah tetap mempersiapkan juga. Tinggal
masalah lancar dan tidaknya saja di perjalanan . Masalah yang satu ini jelas sangat ditentukan
oleh disiplin bersama. Baik disiplin aparat, penyelenggara, maupun pemakai jalan mesti
fasilitasnya cukup, kalau lalu lintas macet, apalah artinya.

Contoh 2
Puskesmas sangat menguntungkan bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat di pedesaan dan bagi masyarakat yang kurang mampu. Biaya pengobatan di puskesmas sangat murah. Prosesnya pun mudah. Asalkan sudah mendaftarkan diri, pasien tinggal menunggu panggilan untuk diperiksa. Pasien yang dapat ditangani di puskesmas dapat langsung pulang
setelah diperiksa dan diberi obat. Jika puskesmas tidak dapat menangani, pasien akan dirujuk ke Rumah Sakit Daerah. Ia akan diberi pengantar atau surat rujukan untuk diperiksa di Rumah Sakit Daerah.
Ringkasan teks di atas dapat berbentuk bagan, seperti di bawah ini.







D. Pengertian Simpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, simpulan adalah sesuatu yang disimpulkan; hasil menyimpulkan; kesimpulan. Simpulan juga berarti kesudahan pendapat (pendapat terakhir yang berdasarkan uraian sebelumnya) atau keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif dan deduktif.
Untuk dapat menarik simpulan yang benar, kita harus menggunakan data, fakta, atau asumsi yang benar. Jika data, fakta, atau asumsinya tidak akurat, hasil simpulannya juga tidak akan akurat.
E. Pola Penalaran dalam Mengambil Simpulan
Dalam mengambil simpulan, digunakan pola penalaran deduktif dan induktif.
.
1. Penalaran Deduktif
Pola ini diawali dengan mengemukakan pernyataan yang umum lalu diikuti dengan pernyataan-pernyataan khusus. Penalaran deduktif terdiri atas, tiga bentuk berikut.
a. Silogisme
Silogisme adalah proses pengambilan simpulan dengan mengungkapkan terlebih dahulu pernyataan yang bersifat umum (premis umum) disusul dengan pernyataan khusus (premis khusus).
Contoh:
PU : Semua peserta ujian diwajibkan mengenakan atribut dan seragam dari sekolah asalnya..
PK : Susi adalah salah seorang peserta ujian.
K : Susi wajib mengenakan atribut dan seragam sekolah asal.
b. Sebab-Akibat-Akibat
Pola ini diawali dengan pengungkapan fakta yang merupakan sebab akibat yang berupa simpulan
Contoh :
Masyarakat kita masih rendah tingkat kedisiplinannya. Dapat dilihat dari kurang sadarnya menjaga kebersihan lingkungan. Masih banyak penduduk yang membuang sampah di selokan dan di kali. Saat dating musim hujan, aliran air di selokan dan kali tersumbat, tidak lancar.
Akhirnya, banjir melanda di mana-mana.
c. Akibat-Sebab-Sebab
Pola ini dimulai dengan pernyataan yang merupakan akibat, kemudian ditelusuri penyebabnya.
Contoh:
Dua dari tiga remaja di kota-kota besar di Indonesia menurut penelitian, pernah berpacaran. Separuh di antaranya telah terlibat pergaulan bebas.
Kebanyakan dari mereka terpengaruh oleh budaya Barat yang bebas. Mereka dengan serta-merta mengadopsinya dari tayangan-tayangan film di media elektronik. Ditambah lagi, pembinaan agama di rumah maupun di sekolah sangat kurang.
2. Penalaran Induktif
Pola penalaran ini bermula dari pengungkapan hal-hal yang khusus, kemudian ditarik suatu simpulan yang bersifat umum. Berikut adalah pola-pola penalaran induktif.
a. Generalisasi
Generalisasi ialah pengambilan simpulan umum berdasarkan fakta dan data yang bersifat khusus. Data dan fakta diperoleh melalui penilaian, pengamatan, atau hasil survei.
Contoh:
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kepada SMA Teladan saat mereka melaksanakan upacara, semua siswa memakai sepatu hitam dan kaos kaki putih. Pakaian mereka putih-putih dan kemeja dimasukkan ke dalam celana dan ke dalam rok, memakai ikat pinggang warna hitam. Pakaian mereka dilengkapi dengan dasi dan topi abu-abu. Jadi dapat dikatakan siswa SMA Teladan, pakaiannya seragam dan tertib sewaktu mengikuti upacara.
b. Sebab-Sebab-Akibat
Pola ini dimulai dengan mengemukakan fakta-fakta yang menjadi sebab, lalu ditarik simpulan yang merupakan akibat.
Contoh:
Hutan banyak ditebangi secara ilegal oleh oknum pengelola hutan. Terjadi kebakaran hutan di mana-mana. Pengawasan terhadap hutan lindung sangat lemah. Penduduk sekitar pun ikut-ikutan sampai membuka ladang dengan menebangi hutan. Akibatnya, setiap dating musim hujan , bencana longsor terjadi.
c. Akibat-Akibat-Sebab
Pola ini dimulai dengan mengungkapkan fakta-fakta yang merupakan akibat lalu dikemukakan peristiwa yang menjadi penyebabnya.
Contoh:
Ketika hujan, banjir melanda di mana-mana. Para penduduk mengungsi di tempat yang tinggi. Mereka harus menunggu air surut kembali. Ini disebabkan saluran air tersumbat oleh sampah yang dibuang warga sembarangan.
d. Analogi
Analogi ialah pengambilan simpulan dengan mengambil kesamaan dari suatu hal yang diperbandingkan. Biasanya dua hal atau lebih yang dibandingkan dianggap memiliki kesamaan sifat dasarnya.
Contoh:
Seorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Sewaktu mendaki, ada saja rintangan seperti jalan yang licin yang membuat seseorang jatuh. Ada pula semak belukar yang sukar dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula bila menuntut ilmu seseorang akan mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran, dan sebagainya. Apakah dia sanggup melaluinya ? Jadi, menuntut ilmu sama saja halnya dengan mendaki gunung untuk mencapa puncaknya.

Tugas!

I. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan pengertian ringkasan?
2. Apa perbedaan ringkasan dengan ikhtisar?
3. Buatlah ringkasan dari wacana di atas!
4. Sebutkan aturan tambahan dalam membuat ringkasan!
5. Hal apa saja yang harus dipangkas dalam membuat ringkasan!
6. Apa yang dimaksud dengan reproduksi?
7. Buatlah ringkasan dari sebuah pidato sambutan!
8. Berikan contoh menjadikan kalimat majemuk menjadi kalimat tunggal!
9. “Semua siswa-siswi diwajibkan membawa alat kebersihan besok.”
Perbaikilah kalimat ini sehingga menjadi efektif!
10. Carilah sebuah paragraf ekspositoris, lalu buatlah ringkasanny

0 komentar:

online