ISMIYATI

modul 2.4

MODUL 2.4

Standar Kompetensi :Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Madia
Kompetensi Dasar : Membaca untuk memahami makna kata,bentuk kata,ungkapan dan
kalimat dalam konteks bekerja.
Sumber : BSE
Jam : 4 jam
Indikator
- Mengelompokkan kata, bentuk kata, ungkapan, dan kalimat berdasarkan kelas kata dan makna kata.
- Mendaftar kata-kata yang berpotensi memiliki sinonimdan antonim dalam teks bacaan.
- Mengidentifikasi kata (termasuk bentuk kata baru), frasa,kalimat yang dipersolkan kebenaran /ketepatan
berdasarkan paradigm atau analogi.
- Mengidentifikasi kata, frasa, kalimat, atau bentuk kata baru yang perlu dipersoalkan kebenaranya
berdasarkan kaidah atau kelaziman.

A. Klasifikasi Kata Berdasarkan Kelas Kata
Secara umum kelas kata terdiri atas 5 macam, yaitu:
(1) kata kerja (verba)
(2) kata sifat (adjektif )
(3) kata keterangan (adverbia)
(4) kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
(5) kata tugas
B. Klasifikasi Kata Berdasarkan Bentuk Kata
Dari segi bentuknya, kata dapat dibedakan atas empat macam, yaitu :
1. Kata Dasar
2. Kata Turunan
3. Kata Ulang
4. Kata Majemuk.
C. Klasifikasi Kata Berdasarkan Makna Kata
a. Makna denotatif
Makna denotatif ialah makna yang paling dekat dengan bendanya (makna konseptual), atau kata yang mengandung arti sebenarnya.
Contoh:
1. Bunga mawar itu dipetik Sita dan disuntingkan di rambutnya.
2. Untuk menafkahi kedua anaknya, ia menjual sayuran di pasar.
3. Penjual menawarkan barang kepada pembeli.
4. Bajunya basah kuyup terkena keringat.
b. Makna konotatif
Makna konotatif ialah makna kiasan atau diartikan makna yang
cenderung lain dengan benda nyata (makna kontekstual) disebut juga
makna tambahan.
Contoh :
1. Ayahnya mendapat kursi sebagai anggota dewan.kursi artinya jabatan.
2. Hatiku berbunga-bunga setelah anakku mendapat juara pertama.
berbunga-bunga artinya gembira
3. Sekarang ia bekerja di tempat yang basah.
basah artinya selalu menghasilkan uang.
Dalam pengertian lain makna konotasi berkaitan dengan cakupan
makna halus dan cakupan makna kasar.
Contoh cakupan makna halus:
1. Neneknya sudah meninggal dua hari yang lalu.
2. Istri Pak Dadang seorang perawat di rumah sakit pusat.
3. Ibunya Rosita sedang hamil lima bulan.
4. Mari kita doakan para pahlawan yang telah gugur agar arwahnya diterima oleh Allah.
Contoh cakupan makna kasar:
1. Pamannya sudah mampus seminggu yang lalu.
2. Kakakku sedang bunting, dia harus berhati-hati.
3. Bininya seorang dokter.
4. Pahlawan telah mati di medan laga.
c. Makna idiomatik (ungkapan)
Secara umum ungkapan berarti gabungan kata yang memberi arti
khusus atau kata-kata yang dipakai dengan arti lain dari arti yang
sebenarnya.
Contoh:
− ringan tangan = rajin bekerja, suka memukul
− gerak langkah = perbuatan
− dipeti-eskan = dibekukan atau tidak digunakan
− tertangkap basah = terlihat saat melakukan
− gali lubang tutup lubang = pinjam sini, pinjam sana
− banting stir = mengubah haluan
− jantung hati = kekasih
d. Perubahan Makana kata
Kosakata bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.Perkembangan itu terjadi dari pergeseran atau perubahan makna kata.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa perubahan makna kata.
1. Meluas atau generalisasi ialah perubahan makna yang terjadi sehingga menyebabkan cakupan
makna sekarang lebih luas daripada makna kata yang dulu.
Contoh: Bapak,Saudara
2. Menyempit atau spesialisasi ialah perubahan makna yang terjadi sehingga cakupan makna
sekarang lebih sempit daripada makna terdahulu.
Contoh: sarjana,sastra
3. Membaik/Ameliorasi ialah perubahan makna yang terjadi pada suatu kata makna sekarang
lebih baik daripada makna semula
Contoh: Wanita sekarang lebi terhormat daripada perempun.
4. Memburuk/peyorasi ialah makna yang kurang baik daripada dibandingkan makna semula.
Contoh: bini,bunting,gerombolan
5. Sinestesia ialah perubahan makna karena pertukaran tanggapan du indera yang berbeda.
Contoh: lembut,pedas
6. Asosiasi ialah perubahan makna kata karena persamaan sifat.
Contoh: amplop,kursi,lampu kuning
2. Makna Kata Berdasarkan Hubungan Antarmakna
Makna kata berdasarkan hubungan antarmakna terdiri atas sinonim,antonym, dan hiponim.
a. Sinonim
Sinonim ialah pasangan kata atau kelompok kata yang mempunyai arti mirip atau hampir sama.
Contoh sinonim dengan kata yang sama maknanya :
− Bung Hatta telah wafat. (telah = sudah)
− Kita merdeka karena jasa Bung Hatta. (karena = sebab)
− Bung Hatta sangat berjasa. (sangat = amat)
b.Antonim
Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya/berlawanan artinya.
Contoh:
a) Sejak sakit batuk, ia pantang minum es.
Ia harus meminum obat itu sesuai yang dianjurkan oleh dokter.
b) Aksi penebangan pohon merupakan perusakan hutan.
Pemerintah menghimbau agar warga melestarikan hutan.
c) Kadang-kadang ia berlatih seminggu sekali.
Nasihat orang tuanya seringkali tidak didengarnya.
d) Perkembangan anak itu sangat lambat.
Dengan tangkasnya, ia menendang bola ke mulut gawang.

c. Hiponim
Hiponim ialah kata yang memiliki hubungan hierarkis denganbeberapa kata yang lain. Hubungan hierarki ini terdiri atas satu kata yangmerupakan induk (hipernim), yang memiliki semua komponen makna kata lainnya yang menjadi unsur bawahannya (hiponim). Proses hiponim dan hipernim menimbulkan istilah kata umum dan kata khusus.
CONTOH:
1. Pukul 07.00 WIB bel berdering cukup keras.
Berdering (kata khusus), biasanya digunakan untuk bunyi bel. Kata umumnya ialah bunyi. Kata bunyi bisa digunakan untuk semua suara benda/sesuatu.
2. Untuk menyambut tahun baru, Ibu merangkai melati dan mawar. Kata melati dan mawar merupakan kata khusus. Kata umumnya ialah bunga.

D. Pemakaian Kata , Frasa, dan Kalimat yang Kurang Tepat.

Dalam kegiatan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan,adakalanya pemakai bahasa tidak cermat memilih kata yang dituangkannya di dalam kalimat. Akibatnya, kalimat yang diungkapkan tidak tepat atau tidak sesuai dengan kaidah yang benar. Kesalahan itu dapat terjadi pada penggunaan bentuk kata (proses morfologi), pemakaian kelompok kata pemilihan ungkap, atau keefektifan kalimat.
Dalam bentuk lisan, kesalahan itu terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut.
1. Kesalahan penggunaan imbuhan (bentuk kata).
Contoh :
a. Pintu masuk SMK 3 akan diperlebarkan. (salah)
Pintu masuk SMK 3 akan dilebarkan atau Pintu masuk SMK 3 akan diperlebar(benar)
b. Jangan dibiasakan mengenyampingkan masalah itu. (salah)
Jangan dibiasakan mengesampingkan masalah itu. (benar)
c. Rudi sedang mencat pagar rumahnya. (salah)
Rudi sedang mengecat pagar rumahnya. (benar)
2. Ketidaktepatan pemakaian frasa (kelompok kata).
Contoh :
a. Untuk sementara waktu siswa tidak bias praktik krena ruangan sedang direnovasi (salah)
Untuk sementara siswa tidak bisa praktik karena ruangan sedangdirenovasi ( benar )
b. Bus Parahiyangan sudah dinyatakan laik darat. (salah)
Bus Parahiyangan sudah dinyatakan laik jalan. (benar)
3. Kesalahan kalimat
a. Di dalam darah orang itu mengandung virus HIV. (salah)
Darah orang itu mengandung virus HIV. (benar)
b. Untuk peningkatan mutu pendidikan dari sekolah swasta dimana memerlukan ketekunan
dan keuletan para pamong ( salah )
Untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah swasta diperlukan ketekunan dan
dan keuletan para pamongnya (benar)

Kesalahan juga banyak terjadi akibat penggunaan bentukan kata atau frasa yang baru yang tidak lazim atau tidak benar secara kaidah bahasa.
Ketidaktepatan bentukan kata atau frasa juga dapat disebabkan kesalahan secara/analogi.
Perhatikanlah contoh di bawah ini.
a. pertanggungan jawab dalam kalimat “Laporan pertanggungan jawabgubernur telah diterima sebagian besar anggota dewan.” (tidak tepatsecara kaidah/tidak lazim) seharusnya pertanggungjawaban.
b. goreng pisang dalam kalimat “Ia membeli goreng pisang untuk adiknya.”(tidak tepat secara kaidah/tidak lazim ) seharusnya pisang goreng.
c. pengangguran dalam kalimat “Ia menjadi pengangguran setelah perusahaannya bangkrut.” (salah secara analogi) seharusnya penganggur
dari kata menganggur (verba)-penganggur (nomina)-pengangguran(nomina proses)
d. ruang rokok untuk ruang khusus merokok (tidak lazim) meskipun dianalogikan kepada ruang tunggu untuk ruang khusus menunggu.
e. Bentuk kata pemelajaran, tidak tepat secara analogi, sebab kata tersebutberasal dari kata belajar yang diberi imbuhan pe-an, seperti kata berhentimenjadi pemberhentian.
f. Kata penglepasan, pada kalimat “ Penglepasan siswa kelas XII dimeriahkandengan kegiatan pentas seni dari siswa-siswi.” Tidak tepat secaraanalogi, sebab kata dasarnya lepas, jika diberi imbuhan pe-an, menjadi pelepasan.
Untuk membuat kalimat yang cermat, kita harus memahami ciri kalimat efektif. Kalimat yang baik atau efektif mempunyai ciri-ciri seperti berikut.
a. Kepadanan
− Memiliki S dan P dengan jelas.
(di depan S tidak boleh ada kata depan dan di depan P tidak boleh ada kata penghubung yang)
Contoh:
(1) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah ( benar)
(2) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah ( salah )
− Tidak terdapat S ganda.
Contoh:
(1) Dia pulang setelah dia membeli berbagai kebutuhan. (salah)
(2) Dia pulang setelah membeli berbagai kebutuhan. (benar)
− Kata penghubung intra kalimat tidak dipakai dalam kalimat tunggal.
Contoh:
(1) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama(salah)
(2) Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapatmengikuti acara pertama (benar)
b. Keparalelan
Persamaan bentuk kata digunakan dalam kalimat yang mengandung rincian.
Contoh:
(1) Harga minyak dibekukan dan dinaikkan secara bertahap (benar)
(2) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara bertahap.
c. Kehematan
Kehematan menggunakan kata atau frasa
− Menghindarkan penjamakan bentuk jamak
Contoh:
(1) Para tamu-tamu mencicipi hidangan yang disediakan. (salah)
(2) Para tamu mencicipi hidangan yang disediakan. (benar)
− Penggunaan kata-kata yang berlebihan.
Contoh:
(1) Ia memakai baju warna merah. (salah)
(2) Ia memakai baju merah. (benar)
d. Kepaduan (tegas dan lugas)
− Hindarkan kalimat bertele-tele.
Contoh:
(1) Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita, orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar
dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang dil dan beradab (salah)
(2) Kita harus dapat mengembalikan kepribadian kita yang sudah ke luar dari rasa kemanusiaan dan dari kepribadian manusia Indonesia yang adil dan beradab.
e. Kecermatan
Kecermatan pemakaian kata, penulisan kata, penggunaan tanda baca.
Contoh : Dua puluh lima ribuan.
Bisa diartikan dua puluh lima lembar uang ribuan (Rp 25.000,-)
Atau
Dua puluh lembar uang, lima ribuan.
TUGAS MANDIRI
Agar Anda lebih memahami materi pelajaran ini, kerjakanlah tugas berikut.
1. Bacalah bacaan atau artikel di awal bab ini.
2. Daftarkanlah kata yang terdapat dalam bacaan berdasarkan kelas katanya.
3. Carilah kata yang bermakna denotatif, konotatif, dan berbentuk ungkapan.
4. Daftarkanlah kata yang bersinonim.
5. Tulislah antonim dari kata bersinonim pada no. 4.
6. Tulislah kalimat yang menurut Anda kurang tepat pemakaian kata atau frasanya.
Lalu ,perbaikilah kalimat tersebut.

II. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Carilah kata-kata yang bersinonim dalam wacana di atas!
2. Carilah kata-kata berantonim dalam wacana tersebut!
3. Adakah pemakaian kata, kelompok kata, atau idiom yang kurang tepat,Jika ada perbaikilah
Sehingga menjadi tepat!
4. Adakah penggunaan kata berkonotasi dan berdenotasi dalam wacana tersebut?
Kelompokkanlah mana kalimat yang bermakna denotasi dan yang bermakna konotasi.!
5. Sebutkan jenis-jenis ungkapan!
6. Buatlah masing-masing dua kalimat yang menggunakan kata umum dan kata khusu!
7. Carilah 5 contoh pembentukan kata yang dipengaruhi oleh imbuhan asing!
8. Jelaskan penyebab terjadinya kesalahan penggunaan kalimat dalam bentuk lisn dan tulisan!
9. Jelaskan klasifikasi kata berdasarkan kelas kata!
10. Perbaikilah kalimat berikut agar menjadi kalimat yang benar!
− Banyak murid-murid pergi berdarma wisata ke Bali.
− Pacar saya paling tercantik sendiri di kota ini.
− Yang naik sepeda jalannya pelan-pelan dikarenakan banyak anak-anak.
− Peristiwa itu terjadi disebabkan karena kekurangwaspadaan kita.


Selamat Mengerjakan!
Terlampir :
Wacana

Kebiasaan Lama Kurangi Sampah Plastik
Kebiasaan lama tak selalu jelek. Bahkan ada yang ramah lingkungan.Sewaktu kecil, sampai awal tahun 1980-an, kita masih terbiasa melihat nenek atau ibu-ibu tetangga ke pasar tradisional membawa tas sendiri yang terbuat dari anyaman pandan atau tas kain. Sejalan merebaknya pasar swalayan yang menyediakan tas belanja plastik sebagai layanan bagi pelanggan sekaligus promosi, kebiasaan itu menghilang. Ritual belanja memang jadi lebih praktis, namun menimbulkan masalah lain: gunungan sampah!
Padahal, tahukah Anda, plastik itu terbuat dari minyak bumi yang
jumlahnya makin hari makin terbatas? Jadi “Bring your own bag.” Ini kampanye dari toko pernik interior IKEA di Singapura. Sejak Hari Bumi 22 April 2007, mereka tak lagi menyediakan tas belanja plastik. Para pelanggan diberi pilihan membawa tas belanja sendiri, beli tas belanja dari belacu dengan rancangan cantik seharga Sin $ 1,2 (setara Rp 12.000), atau membeli tas plastik seharga 5 atau 10 sen dolar Singapura, bergantung pada ukurannya. Jadi, kampanye pengurangan penggunaan plastik bukan hanya untuk mengurangi gunungan sampah, tapi juga menghemat BBM.
Di pertigaan Rawa Belong, Jakarta Barat, tiap sore hingga malam bias kita temui warung
tenda “Bubur Ayam Lumayan Bang Tatang.” Bubur nasi kental dengan tumpukan suwiran ayam ini laris manis. Tak kalah laris, cara Bang Tatang menyiapkan bubur bagi pelanggannya yang antre sampai keluar tenda. One man show, ia menjejerkan 20 mangkuk kosong sekaligus, dengan gerakan cepat, dalam tempo 5 menit, semuanya sudah terhidang di hadapan pelanggan.
“Bawa tempat sendiri, saya tak menyediakan plastik, repot dan lama melayaninya!”
katanya dengan nada ketus tiap kali pelanggannya pesan untuk dibawa pulang. Sombong! Begitulah komentar pembeli yang baru pertama kali berkunjung. Tapi bila dipikir-pikir, “kesombongan” Bang Tatang adalah perilaku baik yang ramah lingkungan.
Dulu, bila ingin membeli bakso, soto, atau es kelapa muda di pojok jalan, banyak di antara kita yang membawa mangkuk sendiri. Sekarang, pemandangan semacam itu nyaris tak pernah ada. Yang umum justru banyak yang memanfaatkan kantong plastik. Idealnya, kita harus membawa rantang susun sendiri bila membeli makanan untuk dibawa pulang dari restoran. Tindakan ini untuk mengurangi sampah styrofoam dan plastik. Bukankah sekarang, wadah makanan banyak yang dirancang cantik? Dijamin tak bakal bikin malu.
Kampanye penggunaan tas bukan plastik sendiri sebenarnya sudah cukup lama ada di Indonesia. Pusat perkulakan Makro, misalnya, saat mulai beroperasi di Indonesia tak menyediakan tas belanja. Pelanggan dipersilakan mengangkut belanjaan dalam kemasan karton aslinya, sedangkan perusahaan tata rias The Body Shop sempat mengadakan kampanye Reuse Reduce Recycle dengan memberikan potongan harga bagi pelanggannya, yang mengisi ulang produk dengan membawa wadah lama. Namun, kurangnya peminat membuat The Body Shop mengubah strategi. Tak lagi menerima wadah lama, tapi mengganti bahan wadah dengan materi yang lebih cepat terurai di alam.
Untuk mengurangi gunung sampah plastik dan menghemat BBM, kembalilah pada kebiasaan lama, membawa wadah sendiri untuk jajanan dan belanjaan kita.
(Sumber :Intisari,,Juli 2007)

0 komentar:

online